Kisah Perlindungan Macan Tutul Salju Di Tibet Dengan Manfaatkan AI Tayang Di Festival Film Cannes

(Source: Lenovo)

Kisah haru datang dari dataran tinggi Qinghai Tibet dan kini dapat ditonton di layar. Perpaduan inovatif antara kecerdasan buatan (AI) dan pelestarian satwa liar, berusaha untuk menyelamatkan macan tutul salju dan berbagai spesies unik lainnya di wilayah terpencil yang menjadi rumah mereka. Taman Margasatwa Xining (QWP) bertransformasi menjadi suaka margasatwa berbasis AI berkat kolaborasi dengan Lenovo. Keberhasilan ini diabadikan dalam film dokumenter karya sutradara ternama Lu Chuan yang tayang perdana di Festival Film Cannes ke-78, membawa kisah inspiratif ini ke hadapan audiens global.

Taman Margasatwa Xining tidak hanya berfungsi sebagai kebun binatang biasa, tetapi menjelma menjadi pusat rehabilitasi dan perlindungan satwa liar yang mengedepankan prinsip kesalingterhubungan semua makhluk hidup. Dengan tantangan geografis dan iklim ekstrem di ketinggian hampir 4.500 meter, QWP mengadopsi solusi cerdas dari Lenovo. Inovasi ini memberdayakan para penjaga dan peneliti dengan alat yang disesuaikan untuk lingkungan yang keras.

Sistem pengenalan dan analisis perilaku macan tutul salju menggunakan AI dan analisis visi komputer untuk memproses data perilaku menjadi visualisasi yang mudah dipahami serta mendukung upaya pengembangbiakan dan penelitian. Selain itu, setiap hewan memiliki catatan elektronik lengkap yang mencakup riwayat kesehatan dan perawatan, memastikan data yang terstandarisasi dan mudah dilacak. Infrastruktur penyelamatan dan pengembangbiakan pintar juga memanfaatkan sensor untuk memantau kondisi lingkungan dan memberikan peringatan dini kepada staf jika terjadi perubahan ekstrem.

Film dokumenter Lu Chuan tidak hanya menyajikan keindahan alam dataran tinggi dan kehidupan satwa liar yang terancam punah, tetapi juga memicu refleksi mendalam tentang peran teknologi dalam konservasi. Setelah pemutaran film, Lenovo mengadakan seminar yang mengeksplorasi bagaimana inovasi dapat meningkatkan empati dan tanggung jawab kita terhadap alam.

“Teknologi benar-benar merupakan jembatan menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang satwa liar. Kita tidak dapat berinteraksi secara fisik dengan hewan seperti macan tutul atau gajah tanpa memengaruhi mereka. Tetapi dengan AI dan pembelajaran mesin, kita dapat mengamati, melacak, dan memahami habitat mereka dengan cara-cara baru yang kuat. Ada semacam rasa hormat terhadap alam yang muncul dari pendekatan ini, dan saya yakin ini adalah masa depan konservasi,” Kata Greg Reitman, Pembuat Film Hijau dari Hollywood.

Proyek di Taman Margasatwa Qinghai-Tibet (QWP) menunjukkan bagaimana teknologi secara signifikan dapat meningkatkan upaya konservasi. Dengan melengkapi penjaga lokal menggunakan perangkat pintar dan mengintegrasikan teknologi ini dengan lingkungan alam, QWP memberikan perspektif baru yang menjanjikan untuk perlindungan satwa liar secara global.