Generasi Z yang lahir antara tahun 1997 sampai 2012, diprediksi oleh World Data Lab akan memiliki daya beli global tertinggi senilai USD9 triliun pada 2034. Belanja di media sosial yang tersebar di banyak platform, termasuk TikTok, Instagram dan YouTube, menjadi medan perang yang sesungguhnya. Untuk memenanginya, peritel membutuhkan platform perdagangan terintegrasi yang menggabungkan kemampuan AI, fondasi data terpusat, dan interoperabilitas aplikasi untuk mengelola pengalaman belanja yang semakin kompleks.
Laporan terbaru Salesforce mendukung tren belanja ini. 76% Gen Z menyatakan bahwa mereka menemukan produk di media sosial serta 39% sekaligus melakukan pembelian. TikTok menjadi platform yang sangat populer di kalangan Gen Z, dengan menarik 40% dari pembeli muda. Jauh lebih banyak dibandingkan hanya 4% dari generasi baby boomer yang menggunakan platform tersebut.
Dari seluruh generasi, 53% responden menemukan produk melalui media sosial, naik dari 46% di 2023. YouTube adalah platform yang paling popluer tempat menemukan produk, disusul Instagram dan Facebook masing-masing di tempat kedua dan ketiga. Dibuntuti oleh TikTok di tempat keempat, tapi punya keunggulan lebih populer di kalangan muda.
Gen Z tak hanya aktif di media sosial, tapi juga menggunakan AI dalam berbelanja. 54% responden Gen Z menggunakan AI generatif untuk menemukan dan menilai produk, dibandingkan 39% dari total yang disurvei. Gen Z juga 10 kali lipat lebih mungkin menggunakan AI untuk menemukan produk dibanding baby boomer. Selain itu, 63% Gen Z mengandalkan agen AI untuk rekomendasi produk dibandingkan 23% baby boomer.
Michelle Grant, Direktur Strategi Ritel dan Insight, Salesforce, mengatakan, “Salesforce Platform yang terpadu memberdayakan bisnis untuk berinteraksi dengan pelanggan di setiap titik kontak, mulai dari TikTok hingga YouTube, sehingga memberikan kemampuan untuk memaksimalkan jangkauan dan meningkatkan penjualan.”
“Dengan ketersediaan tenaga kerja digital 24 jam sehari yang didukung oleh Agentforce sebagai platform agentic AI, perusahaan dapat mengelola perjalanan omni-channel berskala besar, tanpa menambah jumlah tenaga kerja secara signifikan,” tambahnya.