Menurut survei Gartner 2025, pada 2030 semua pekerjaan IT akan melibatkan AI. 75% dilakukan manusia dengan dukungan AI, dan 25% oleh AI sepenuhnya. Survei ini memperlihatkan bahwa di masa depan, manusia harus punya keterampilan baru untuk bisa bekerja dengan AI.
Survei yang dilakukan Gartner pada Juli 2025 terhadap lebih dari 700 CIO menunjukkan bahwa pada tahun 2030, para pemimpin IT berharap tidak ada lagi pekerjaan IT yang akan dilakukan oleh manusia tanpa AI. Secara lebih spesifik, 75% pekerjaan akan dilakukan oleh manusia yang diperkuat oleh AI, dan 25% akan dilakukan oleh AI saja. Prediksi ini menegaskan bahwa organisasi perlu fokus pada kombinasi kesiapan AI dan kesiapan manusia untuk memastikan keseimbangan yang tepat dalam mencapai nilai dari AI.
Saat ini, sedikit organisasi yang berhasil menyeimbangkan kedua aspek kesiapan tersebut. Gartner telah memandu CIO selama bertahun-tahun dalam perjalanan AI mereka, mulai dari membentuk ambisi hingga mengatur kecepatan dalam perlombaan hasil AI. Namun, Alicia Mullery, VP Analyst di Gartner, memperingatkan bahwa meskipun tidak semua AI siap memberikan nilai, manusia bahkan kurang siap untuk menangkap nilai tersebut.
Transformasi Tenaga Kerja
Gartner berpendapat bahwa dampak AI terhadap pekerjaan global akan netral hingga tahun 2026. Namun, pada tahun 2036, solusi AI yang diperkenalkan untuk menambah atau secara mandiri memberikan tugas akan menghasilkan lebih dari 500 juta pekerjaan manusia baru untuk mendukung inisiatif AI.
Untuk menangkap nilai baru, tenaga kerja perlu bekerja dengan AI dengan cara yang benar-benar baru, dan keterampilan yang dibutuhkan akan berubah. Keterampilan seperti meringkas, mengambil informasi, dan menerjemahkan akan menjadi kurang penting karena AI siap mengotomatisasi atau melakukan tugas tersebut.
Namun, AI juga menciptakan kebutuhan akan keterampilan yang benar-benar baru. Keterampilan ini berbeda dari keterampilan tradisional. Keterampilan AI adalah tentang membuat seseorang menjadi motivator yang lebih baik, pemikir yang lebih baik, dan komunikator yang lebih baik. Penting juga bagi organisasi untuk menguji pekerja secara berkala guna memastikan mereka mempertahankan keterampilan penting untuk peran yang dibutuhkan, sehingga menghindari skills atrophy akibat terlalu banyak mengandalkan AI.










