Pasar Jaringan Nirkabel Asia Pasifik Lampaui US$1 Miliar Di 2025

Pasar WLAN Asia/Pasifik diproyeksikan kembali melampaui US$1 miliar pada 2025, ditopang oleh adopsi Wi-Fi 7, otomatisasi jaringan berbasis AI, dan meningkatnya investasi jaringan kampus di APeJC.

Pasar Wireless LAN (WLAN) di Asia/Pasifik tidak termasuk Jepang dan Tiongkok (APeJC) diperkirakan kembali menembus nilai US$1 miliar pada tahun 2025. Kenaikan ini terjadi setelah perlambatan singkat pada tahun 2024 akibat penyesuaian pasca-pandemi dan penyelesaian backlog pesanan. Menurut laporan terbaru IDC Quarterly Wireless LAN Tracker, pertumbuhan kini terdorong oleh gelombang investasi teknologi baru lintas industri dan wilayah.

IDC menegaskan bahwa momentum ini akan terus berlanjut dalam beberapa tahun mendatang, seiring organisasi memperluas modernisasi jaringan kampus serta beralih ke arsitektur wireless-first di berbagai proyek pembangunan baru.

Teknologi Wi-Fi Generasi Baru

Adopsi Wi-Fi 6E dan Wi-Fi 7 menjadi motor utama pertumbuhan pasar WLAN. Wi-Fi 6E membuka akses ke spektrum 6 GHz, sedangkan Wi-Fi 7 menghadirkan peningkatan signifikan pada kecepatan, kapasitas, dan efisiensi jaringan. IDC memproyeksikan pangsa Wi-Fi 7 akan melonjak lebih dari empat kali lipat dalam lima tahun, mencapai lebih dari 63% pasar pada 2029.

Teknologi Wi-Fi generasi baru ini dipadukan dengan kemampuan generative AI dan agentic AI untuk mendukung kinerja jaringan yang lebih cerdas. Vendor seperti Cisco melalui Splunk dan HPE Juniper melalui Mist telah mengintegrasikan AI ke dalam platform manajemen jaringan guna menyediakan analitik secara real time, pendeteksian anomali, dan optimasi otomatis yang meningkatkan ketahanan serta efisiensi operasional.

Investasi jaringan kampus juga meningkat pada paruh pertama 2025, mencakup WLAN, switching, dan routing. Sektor pendidikan, pemerintahan, dan manufaktur tercatat sebagai pembelanja terbesar. IDC menyebut kontribusi WLAN terhadap total investasi jaringan kampus akan terus naik seiring pergeseran menuju arsitektur wireless-first.

Di pasar negara berkembang, proyek greenfield dan deployment luar ruangan semakin memilih WLAN dibandingkan arsitektur jaringan berbasis switch tradisional. WLAN dinilai lebih fleksibel, lebih mudah diskalakan, dan memiliki waktu implementasi yang lebih cepat. Hal ini mendorong proyeksi pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) APeJC tetap di atas 4% hingga 2029.

“AI dan machine learning kini diintegrasikan ke dalam sistem kontrol perangkat lunak, yang dapat membantu memprediksi lalu lintas dan mengalokasikan spektrum optimal untuk kinerja terbaik, serta infrastruktur nirkabel yang dapat memperbaiki diri sendiri,” kata Amit Bansal, senior research manager, Enterprise Computing Networking Group, IDC Asia/Pasifik. “IDC percaya bahwa pasar jaringan telah mengalami konsolidasi seiring waktu. Kebutuhan pasar terus berkembang, begitu pula solusi yang ditawarkan, seperti paket terintegrasi yang mencakup switch dengan jaringan nirkabel, jaringan dengan keamanan, dan kini dengan AI. Pasar jaringan memiliki potensi yang kuat, dan pemain yang menawarkan solusi komprehensif di pasar ini akan mampu memimpin pasar tersebut,”

Secara geografis, hampir setengah pendapatan WLAN perusahaan di APeJC berasal dari India, Australia, dan Korea Selatan. Negara-negara seperti Selandia Baru, Indonesia, Australia, Korea Selatan, dan Filipina diperkirakan mencatat pertumbuhan CAGR yang lebih tinggi, menunjukkan prospek kuat untuk adopsi teknologi jaringan nirkabel generasi baru.