Sebanyak 88% pemimpin HR mengaku belum merasakan nilai bisnis dari AI. Gartner menyoroti tiga langkah penting bagi CHRO yaitu mengatasi hambatan kerja dengan AI, mengoptimalkan waktu yang dihemat, dan memperbarui alur kerja agar AI benar-benar mendorong pertumbuhan organisasi.
Sebanyak 88% pemimpin HR melaporkan bahwa organisasi mereka belum merasakan nilai bisnis yang signifikan dari kecerdasan buatan (AI). Ironisnya, survei Gartner pada Juli 2025 menunjukkan bahwa 77% karyawan bersedia mengikuti pelatihan AI, dan 65% merasa antusias untuk menggunakannya dalam pekerjaan mereka. Bahkan, 62% karyawan menyatakan bahwa AI telah menghemat waktu mereka rata-rata 1,5 jam per hari bagi mereka yang bekerja dalam peran yang relevan dengan AI. Meskipun antusiasme tinggi dan penghematan waktu nyata, hanya 42% karyawan yang tahu bagaimana mengidentifikasi peluang untuk menerapkan AI dalam pekerjaan mereka. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara potensi AI dan realisasi nilai bisnisnya di tempat kerja.
“Secara umum, dalam organisasi yang didukung AI, CHRO berusaha memberdayakan karyawan untuk mendorong pertumbuhan dengan mendorong pembelajaran, eksplorasi, dan inovasi,” menurut Sari Wilde, Practice Vice President, Gartner HR practice. “Namun, memberdayakan karyawan saja tidak cukup dan tidak memiliki dampak signifikan terhadap kemungkinan melampaui target pendapatan. Sebaliknya, HR perlu mengintegrasikan AI ke dalam pekerjaan karyawan untuk mendorong pertumbuhan yang diinginkan.”
Tiga Langkah Optimalisasi AI Pada HR
1. Menerapkan AI untuk Mengatasi Hambatan Kerja
Karyawan lima kali lebih mungkin menjadi pengguna aktif AI jika teknologi ini dapat membantu mengatasi hambatan atau ketegangan dalam alur kerja yang menyebabkan waktu terbuang dan inefisiensi. HR perlu membantu karyawan mengidentifikasi kasus penggunaan AI yang relevan, misalnya dengan menemukan area kerja yang mengalami kemacetan atau beban administratif tinggi. CHRO juga perlu berkolaborasi dengan CIO untuk membangun kapabilitas AI dalam skala besar serta mendorong karyawan berpikir lebih dalam tentang kemungkinan penerapan AI di peran mereka. Tujuan langkah ini adalah memastikan bahwa AI benar-benar membantu menyelesaikan tantangan nyata dalam pekerjaan sehari-hari.
2. Mengoptimalkan Waktu yang Dihemat oleh AI
Survei Gartner terhadap 114 pemimpin HR menunjukkan bahwa hanya 7% organisasi yang memberikan panduan kepada karyawan tentang cara menggunakan waktu yang dihemat berkat AI. Tanpa arahan yang jelas, waktu luang tersebut berpotensi tidak digunakan secara produktif, sehingga manfaat AI tidak maksimal. CHRO perlu bekerja sama dengan jajaran eksekutif lain untuk menentukan tujuan organisasi dari penggunaan AI, serta mengomunikasikan ekspektasi ini kepada karyawan. Waktu yang dihemat sebaiknya dialokasikan kembali ke kegiatan bernilai tinggi, seperti pekerjaan yang mendorong pertumbuhan bisnis dan pengembangan keterampilan masa depan. Selain itu, pemimpin HR juga sebaiknya mendorong penggunaan waktu tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan pribadi dan kontribusi sosial karyawan.
3. Menyesuaikan Alur Kerja dengan AI
Sebanyak 73% karyawan melaporkan bahwa teknologi telah menggantikan sebagian pekerjaan yang mereka lakukan lima tahun lalu. Namun, perubahan ini justru sering menciptakan inefisiensi baru 41% karyawan mengatakan mereka harus bekerja di luar proses formal karena sistem kerja belum menyesuaikan diri.
Untuk mengatasi hal tersebut, CHRO perlu berfokus pada mengubah cara kerja, bukan tenaga kerja. Ini berarti melibatkan karyawan dan pimpinan bisnis untuk mengidentifikasi inefisiensi proses yang menghambat kinerja, sekaligus mengevaluasi ulang alur kerja, peran, dan tata kelola agar selaras dengan kemampuan AI. Dengan begitu, AI tidak hanya menggantikan tugas, tetapi memperkuat produktivitas dan inovasi organisasi.
Secara keseluruhan, untuk benar-benar mewujudkan nilai bisnis dari AI, organisasi perlu beralih dari pendekatan pelatihan dan pemberdayaan semata menuju strategi integrasi yang mendalam. Menggunakan AI untuk menyelesaikan masalah nyata, mengarahkan waktu yang dihemat ke aktivitas bernilai tinggi, serta memperbarui proses kerja yang usang adalah langkah kunci bagi para pemimpin HR untuk menciptakan pertumbuhan berkelanjutan dengan dukungan Kecerdasan Buatan.









