Agen AI Akan Mengubah Tatanan Alur Kerja Di Organisasi Menurut IBM

(Source: Freepik)

Studi terbaru oleh IBM Institute for Business Value menyoroti perubahan dengan hadirnya agen AI. Kini organisasi memandang agen AI sebagai komponen vital untuk meningkatkan pengambilan keputusan dan otomatisasi dalam skala besar. Pergeseran ini menunjukkan bahwa investasi dan integrasi AI akan semakin mendalam ke inti strategi bisnis.

Studi AI Projects to Profits dari IBM, yang melibatkan 2.900 eksekutif global, mengungkap bahwa alur kerja yang diaktifkan AI diperkirakan akan melonjak dari 3% menjadi 25% pada akhir tahun 2025. Hal ini didorong oleh pandangan 70% eksekutif bahwa agen AI sangat penting untuk masa depan organisasi mereka. Agen AI dianggap sebagai evolusi selanjutnya dari otomatisasi cerdas, dengan 83% responden berharap agen AI akan meningkatkan efisiensi proses dan output pada tahun 2026, serta 71% percaya agen akan beradaptasi secara otonom terhadap perubahan alur kerja.

Fungsi utama agen AI adalah mengotomatisasi dan mengoptimalkan proses bisnis. Laporan tersebut menyebutkan beberapa manfaat utama yang mendorong adopsi agen AI di berbagai industri, termasuk peningkatan pengambilan keputusan (69%), pengurangan biaya melalui otomatisasi (67%), keunggulan kompetitif (47%), peningkatan pengalaman karyawan (44%), dan peningkatan retensi talenta (42%). Francesco Brenna, VP & Senior Partner, AI Integration Services, IBM Consulting, menekankan bahwa ini bukan hanya sekadar memasang agen ke dalam proses yang ada dan berharap yang terbaik, melainkan membangun kembali bagaimana proses dieksekusi, mendesain ulang pengalaman pengguna, mengatur agen secara end-to-end, dan mengintegrasikan data yang tepat untuk memberikan konteks, memori, dan kecerdasan secara menyeluruh.

Meskipun banyak manfaat yang diakui, adopsi agen AI masih menghadapi tantangan. Eksekutif yang disurvei mengungkapkan bahwa kekhawatiran seputar data (49%), masalah kepercayaan (46%), dan kekurangan keterampilan (42%) tetap menjadi hambatan utama bagi organisasi mereka. Tantangan ini menunjukkan pentingnya strategi komprehensif untuk mengatasi aspek non-teknis dalam implementasi AI.

Studi ini juga menyoroti peningkatan investasi AI yang signifikan. Alokasi anggaran AI diproyeksikan meningkat dari sekitar 12% dari total pengeluaran IT pada tahun 2024 menjadi 20% pada tahun 2026. Ini mengindikasikan pergeseran AI dari fase eksperimen menjadi bagian penting dari strategi bisnis inti, dengan 64% anggaran AI saat ini dihabiskan untuk fungsi bisnis utama. Transformasi yang didorong AI ini semakin diperkuat oleh fakta bahwa proporsi organisasi yang mengandalkan pendekatan AI ad hoc telah menurun drastis, dari 19% tahun lalu menjadi hanya 6% saat ini, menunjukkan kepercayaan dan komitmen yang lebih besar terhadap inovasi berbasis AI.