AI Akan Ubah Metode Perekrutan Karyawan Di Tahun 2026

Strategi akuisisi talenta pada tahun 2026 didorong oleh dua kekuatan utama, yaitu kecerdasan buatan (AI) dan kebutuhan mendesak untuk mengurangi biaya bisnis. AI mengubah hampir setiap aspek cara kerja bisnis, sementara tekanan biaya menuntut efisiensi yang lebih tinggi dalam fungsi sumber daya manusia. Kondisi ini memaksa para pemimpin departemen SDM untuk merancang ulang pendekatan mereka dalam merekrut, menilai, dan mengembangkan talenta guna menjamin daya saing organisasi di masa depan.

Penelitian ini disorot selama acara Gartner HR Symposium/Xpo. Gartner mengidentifikasi empat tren kunci yang akan membentuk akuisisi talenta pada tahun 2026. Tren tersebut mencakup peralihan perekrutan volume tinggi menjadi AI-first, perubahan keterampilan perekrut untuk pekerjaan yang lebih rumit, desain ulang program karir awal, dan perombakan cara organisasi menilai talenta.

“Banyak kasus penggunaan AI dalam perekrutan telah ada sejak lama, dan kita mulai melihat nilai yang sesungguhnya,” kata Jamie Kohn, Senior Director, Research, in the Gartner HR practice.

Empat Tren Utama Yang Harus Diatasi Di Bidang SDM

  1. Perekrutan Volume Tinggi Menjadi AI First: Fungsi pekerjaan yang memerlukan volume tinggi dengan tingkat kesulitan rendah seperti pekerja ritel, perwakilan layanan pelanggan, atau pengemudi adalah peran yang ideal untuk pendekatan AI first. Peran ini menawarkan potensi penghematan biaya tertinggi, memiliki pekerjaan yang stabil dan berulang yang cocok untuk kemampuan AI, dan memiliki risiko backlash yang lebih kecil. Sebelum memanfaatkan AI untuk peran bervolume tinggi ini, pemimpin akuisisi talenta harus mempertimbangkan panduan operasional berikut:
    • Pemantauan langsung sangat diperlukan: Pemimpin perekrutan harus menentukan rentang hasil yang wajar terlebih dahulu dan mengamati dengan cermat penyimpangan apa pun seiring berkembangnya agentic AI.
    • Waspada terhadap efisiensi yang berlebihan: Memasukkan pratinjau pekerjaan realistis ke dalam proses dapat menjaga dari membanjirnya pelamar berkualitas rendah dengan membantu kandidat mempertimbangkan apakah mereka benar-benar menginginkan pekerjaan tersebut sebelum melamar.
    • Membingkai ulang risiko bias: Pemimpin akuisisi talenta harus memfokuskan kembali pemangku kepentingan pada bagaimana proses yang ditingkatkan AI cenderung tidak bias dibandingkan sistem yang hanya dijalankan manusia saat ini.
    • Kandidat mengharapkan transparansi dan pilihan: Pemimpin perekrutan harus memperjelas cara mereka menggunakan AI dalam proses perekrutan dan mengizinkan kandidat untuk menolak wawancara AI, hal ini dapat membangun kepercayaan mengenai perlakuan yang adil.
  2. Pergeseran Keterampilan Perekrut ke Pekerjaan yang Lebih Rumit: Karena AI dan otomatisasi mengambil alih pekerjaan dengan tingkat kerumitan rendah, kemampuan perekrut untuk menjalankan perekrutan berkerumitan tinggi menjadi semakin penting.
  3. Mendesain Ulang Program Karir Awal: Organisasi perlu memikirkan kembali strategi talenta karir awal mereka secara keseluruhan. Diperkirakan pada tahun 2030, separuh perusahaan akan menghadapi kekurangan keterampilan yang tidak dapat diubah pada peran pekerjaan penting. Fungsi akuisisi talenta perlu bekerja sama dengan pemimpin bisnis untuk menyelamatkan pipeline talenta di masa depan, memastikan lulusan baru tidak hanya memberikan nilai saat ini tetapi juga memiliki potensi untuk mengisi kesenjangan talenta yang penting di masa mendatang.
  4. Membentuk Ulang Penilaian Talenta untuk Generative AI: Kualitas kandidat terancam oleh meningkatnya kecurangan, penggunaan generative AI yang meluas oleh kandidat dalam proses perekrutan, dan keterampilan yang berubah dengan cepat. Gartner memprediksi bahwa pada tahun 2027, 75% proses perekrutan akan mencakup sertifikasi dan tes kemahiran AI di tempat kerja. Penilaian berbasis GenAI memungkinkan organisasi mengevaluasi keterampilan Generative AI yang penting dan keterampilan inti seperti berpikir kritis, keahlian subjek, kreativitas, dan komunikasi. Hal ini memberikan gambaran yang lebih baik kepada perekrut dan manajer perekrutan mengenai kemampuan sejati kandidat untuk melakukan pekerjaan tersebut.