AI Dipercaya Dapat Dongkrak Industri Konsumen Yang Sedang Melemah

Tahun 2025 menjadi salah satu periode terberat bagi perusahaan barang konsumen, seperti yang ditunjukkan oleh Consumer Goods Industry Insights Report Salesforce. Kepercayaan konsumen yang lemah, rute pasar yang rumit, pengembalian yang melunak dari strategi pendorong pendapatan tradisional, dan perubahan ekonomi makro secara keseluruhan mengancam margin keuntungan. Tidak mengherankan, 54% pemimpin industri barang konsumen mengatakan pertumbuhan yang menguntungkan akan lebih sulit dicapai tahun ini. Salah satu tekanan terbesar datang dari eksposur terhadap pergeseran kebijakan ekonomi, seperti tarif, yang mempengaruhi pengadaan, operasi, dan margin.

Menanggapi tekanan pasar ini, para pemimpin bisnis memilih AI sebagai solusi utama. Mereka tidak hanya melihat AI sebagai peluang utama, tetapi juga sebagai fokus utama mereka tahun ini. Mereka bertaruh besar pada agentic AI yang dapat bertindak secara mandiri tanpa pengawasan manusia. Hampir 9 dari 10 pemimpin percaya AI agent akan menjadi penting untuk bersaing dalam waktu dua tahun, dan 88% berharap teknologi ini secara langsung dapat meningkatkan penjualan.

Fungsi AI Di Industri

Para pemimpin industri barang konsumen mengharapkan agen otonom menjadi sangat diperlukan pada tahun 2027. Selain mendorong pertumbuhan pendapatan, AI agent diharapkan membantu pekerjaan kreatif, mulai dari pembuatan dan optimasi promosi perdagangan hingga pengembangan produk baru. Hal ini memposisikan AI sebagai mesin untuk profitabilitas dan inovasi.

Berikut beberapa fungsi AI dan AI agent yang dapat dijalankan di industry barang konsumen:

  • Optimasi Prioritas: AI dapat menganalisis pola permintaan untuk mengoptimalkan produk mana yang harus diprioritaskan.
  • Strategi Penjualan: AI dapat memandu tim lapangan mengenai strategi pelaksanaan ritel.
  • Prediksi Akurat: AI dapat memprediksi permintaan dengan lebih akurat.
  • Peningkatan Penjualan: 88% pemimpin industri barang konsumen yakin AI agent akan membantu perusahaan mereka meningkatkan penjualan.
  • Inovasi: Membantu pembuatan promosi perdagangan dan pengembangan produk baru.

Michelle Grant, Director RCG Insights di Salesforce, mengatakan, “Baik perusahaan sedang menyesuaikan strategi pengadaan, bernegosiasi dengan pemasok, atau menanggung biaya tambahan, AI dapat menganalisis pola permintaan untuk mengoptimalkan produk mana yang harus diprioritaskan, membimbing tim lapangan dalam strategi eksekusi ritel, dan memprediksi permintaan dengan lebih akurat sehingga merek dapat mengambil keputusan yang lebih cerdas dalam semua taktik ini.”

AI Mengubah Strategi Promosi dan Loyalitas

Meskipun promosi perdagangan merupakan pengeluaran terbesar dalam barang konsumen, kurang dari setengahnya 46% menghasilkan ROI positif, sebuah angka yang tidak berubah selama bertahun-tahun. Ini menunjukkan bahwa taktik tradisional telah mencapai batasnya. Sebagai gantinya, taktik yang lebih baru, seperti penawaran yang dipersonalisasi berbasis AI dan data, memberikan hasil terkuat, mengungguli program loyalitas hampir 20 poin persentase.

Seiring dengan melambatnya pertumbuhan saluran Direct To Consumer (DTC) dan program loyalitas, para pemimpin kini meningkatkan investasi pada digitalisasi. 70% pemimpin berinvestasi lebih banyak pada personalisasi, sementara pengeluaran untuk media sosial 73% dan iklan digital 67% juga meningkat. Upaya ini menunjukkan dorongan yang lebih luas untuk menjangkau konsumen di mana pun mereka berada guna mendorong pertumbuhan, terutama karena 74% konsumen berganti brand dalam setahun terakhir.