Teknologi kecerdasan buatan generatif (GenAI) semakin sering digunakan dalam serangan siber pada tahun 2024. Teknologi ini membantu para penyerang membuat kampanye penyebaran informasi palsu, menghasilkan video palsu (deepfake), dan mempengaruhi opini publik. Selain itu, jenis serangan yang mencuri data pribadi dan informasi sensitif (Infostealer) juga meningkat 58%. Data ini menunjukkan bahwa para penyerang semakin terorganisir dan terampil.
Selain sektor kesehatan yang menjadi salah satu sektor yang paling banyak mendapat penyeranga, sektor pendidikan juga terus menjadi sasaran utama dengan jumlah serangan yang meningkat 75% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa industri-industri yang memegang data sensitif sangat rentan terhadap serangan siber. Pelaku serangan menggunakan ransomware untuk mencuri data dan meminta tebusan.
Laporan tahunan Check Point Software Technologies Ltd. The State of Global Cyber Security 2025 mengungkapkan bahwa jumlah serangan siber global meningkat 44% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya ancaman yang semakin besar dan semakin kompleks bagi sistem keamanan di seluruh dunia.
Maya Horowitz, VP Riset di Check Point, menjelaskan bahwa keamanan siber kini tidak hanya tentang melindungi jaringan, tetapi juga menjaga kepercayaan pada sistem dan institusi yang digunakan setiap hari. “Ancaman siber terus berkembang pesat dan kita harus lebih siap menghadapi lawan yang semakin canggih,” ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa ancaman siber tidak hanya semakin sering, tetapi juga semakin sulit dihadapi.
Selain itu, laporan ini juga memperingatkan tentang peningkatan serangan yang menargetkan perangkat-perangkat jaringan, seperti router dan VPN, yang sering digunakan untuk mengakses data perusahaan. Lebih dari 200.000 perangkat di seluruh dunia telah dikendalikan oleh botnet yang dijalankan oleh aktor negara. Selain itu, 96% serangan yang terjadi pada 2024 memanfaatkan kerentanannya yang sudah diketahui sebelumnya, sehingga perlu untuk menekankan pentingnya segera memperbaiki kelemahan yang ada.
Untuk melawan ancaman ini, Check Point memberikan beberapa saran bagi para pemimpin keamanan TI, seperti memperkuat kebijakan Bring Your Own Device (BYOD), menggunakan artificial intelligence untuk memantau potensi ancaman, serta memperbaiki sistem yang rentan secara cepat. Dengan langkah-langkah ini, perusahaan dapat meningkatkan ketahanan mereka dan lebih siap menghadapi serangan siber yang semakin sering terjadi