
Studi terbaru dari Cisco mengungkapkan bahwa meskipun 80% CEO memahami potensi kecerdasan buatan (artificial intelligence – AI) dan berencana mengadopsinya, 74% merasa kurangnya pemahaman mereka bisa menghambat pengambilan keputusan strategis. Selain itu, 58% khawatir hal ini akan memperlambat pertumbuhan perusahaan. Kurangnya kesiapan dalam teknologi berisiko membuat bisnis kehilangan peluang dan tertinggal dari pesaing.
Jeetu Patel, Chief Product Officer, Cisco, menegaskan pentingnya langkah cepat dalam transformasi digital, “Kecepatan menentukan pemenang. Pemimpin yang membangun jaringan tangguh hari ini akan unggul dalam AI. Pada akhirnya, hanya ada dua jenis perusahaan yaitu mereka yang beradaptasi dengan AI dan mereka yang tidak relevan.”
Lebih dari 70% CEO mengaku khawatir kehilangan daya saing karena kesenjangan teknologi dalam bisnis mereka. Sekitar 53% merasa kurangnya investasi dalam infrastruktur modern dapat menghambat keunggulan mereka, sementara dua pertiga menganggap keterlambatan investasi teknologi berpotensi meningkatkan biaya operasional dan menurunkan produktivitas.
CEO kini melihat AI sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi (69%), mendorong inovasi (68%), dan mengungguli pesaing (54%). Namun, masih ada tantangan yang harus diatasi, seperti kekurangan tenaga ahli, sistem TI yang tertinggal, dan masalah keamanan siber yang dapat menghambat penerapan AI secara maksimal.
Menghadapi hambatan tersebut, para pemimpin bisnis perlu mengambil langkah konkret dalam modernisasi teknologi. Dengan strategi yang tepat, AI dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan dan daya saing, memastikan perusahaan tetap relevan di era digital.







