(Source: Freepik)
Teknologi Kecerdasan Buatan (AI) membawa berbagai kemudahan dan inovasi. Namun, di sisi lain, muncul alat-alat kriminal AI yang kian canggih dan mudah diakses, salah satunya adalah deepfake. Alat ini memungkinkan penjahat untuk menghasilkan konten palsu yang sangat meyakinkan dengan biaya, upaya, dan keahlian minimal. Fenomena ini menciptakan lanskap ancaman siber yang baru dan lebih kompleks, menargetkan individu maupun organisasi.
Alat Yang Digunakan Penipuan Deepfake
Laporan ini mengkaji secara komprehensif bagaimana deepfake digunakan untuk mendukung proses bisnis kriminal, alat-alat yang dimanfaatkan penjahat untuk menciptakannya, serta gambaran dunia bawah tanah deepfake. Meskipun upaya penjahat untuk mengekstrak nilai dari rekayasa sosial dan misinformasi yang didukung deepfake sudah ada sebelum aplikasi AI generatif menjadi arus utama, teknologi ini membantu pelaku kejahatan menghasilkan uang dengan cara baru yang kian efektif, mulai dari pemerasan konsumen hingga penipuan perusahaan.
Alat untuk membuat deepfake kini menjadi lebih kuat dan lebih mudah diakses karena harganya lebih murah dan mudah digunakan. Penjahat dapat dengan mudah menghasilkan deepfake yang sangat meyakinkan dengan anggaran, upaya, dan keahlian yang sangat minim. Di masa depan, alat pembuatan deepfake ini hanya akan menjadi lebih terjangkau dan lebih efektif. Laporan ini juga menunjukkan bahwa penjahat tidak perlu lagi bergantung pada layanan bawah tanah yang dibuat khusus. Sebaliknya, mereka dapat memanfaatkan alat komersial yang sebenarnya tidak ditujukan untuk penggunaan jahat.
Target Kejahatan Deepfake
Secara umum, kejahatan siber yang didukung deepfake bervariasi tergantung targetnya. Untuk serangan terhadap individu, penjahat cenderung menggunakan deepfake yang lebih umum, sehingga lebih mudah disesuaikan dan diakses oleh berbagai target. Modus operandi ini sering kali melibatkan propaganda palsu untuk menyebarkan misinformasi atau penipuan mata uang kripto. Sebaliknya, serangan deepfake terhadap perusahaan biasanya sangat ditargetkan. Ini membutuhkan pengetahuan awal tentang korban, pengintaian yang ekstensif, dan perencanaan yang cermat, seperti menemukan karyawan yang tepat untuk melakukan transfer dana, atau mempelajari praktik perekrutan departemen SDM.
Sejak deepfake dapat diakses oleh masyarakat umum, kita telah menyaksikan penggunaannya oleh penjahat siber, termasuk dalam kasus penipuan CEO berbasis audio deepfake pertama pada tahun 2019. Laporan ini juga mengeksplorasi percakapan yang sedang berlangsung di dunia bawah tanah kriminal yaitu mulai dari rekomendasi alat hingga panduan yang secara aktif digunakan oleh pelaku ancaman untuk menipu, memanipulasi, dan menipu.