Meskipun publisitas seputar Agentic AI terus bertambah, survei Gartner terbaru menemukan bahwa adopsi solusi AI agent yang sepenuhnya otonom masih pada tahap awal. Agentic AI adalah alat AI berbasis tujuan yang tidak memerlukan pengawasan manusia, dan para vendor memosisikannya sebagai fase evolusi AI berikutnya. Namun, hanya 15% pemimpin aplikasi IT yang disurvei menyatakan mereka saat ini sedang mempertimbangkan, melakukan piloting, atau menyebarkan AI agent otonom sepenuhnya.
Survei yang dilakukan pada Mei dan Juni 2025 terhadap 360 pemimpin aplikasi IT ini menunjukkan bahwa 75% responden telah melakukan piloting, menyebarkan, atau telah menyebarkan beberapa bentuk AI agent ke dalam organisasi mereka. Meskipun demikian, terdapat kekhawatiran yang signifikan yang menghambat penyebaran AI agent yang benar-benar otonom. Kekhawatiran tersebut mencakup kurangnya kepercayaan terhadap vendor dalam menyediakan perlindungan keamanan, tata kelola, dan proteksi halusinasi yang memadai. Hanya 19% responden yang memiliki kepercayaan tinggi atau penuh pada kemampuan vendor untuk memberikan perlindungan halusinasi yang memadai.
Dampak dan Domain Fokus AI Agent
Mengenai dampak terhadap produktivitas, para pemimpin IT mayoritas bersikap optimistis, tetapi berhati-hati. Sebanyak 26% responden merasa agent akan memiliki dampak transformatif pada produktivitas. Mayoritas, 53%, merasa dampaknya akan signifikan tetapi mungkin tidak transformatif, dan 20% merasa mereka hanya akan memberikan keuntungan marjinal.
Keselarasan antara IT, pengguna bisnis, dan kepemimpinan eksekutif mengenai masalah apa yang akan dipecahkan AI terbukti sangat penting untuk keberhasilan. Hanya 14% responden yang sangat setuju bahwa mereka memiliki keselarasan tersebut. Mereka yang memiliki keselarasan yang lebih kuat cenderung berfokus pada kasus penggunaan vertikal seperti layanan pelanggan, ERP, atau penjualan. Sebaliknya, organisasi yang tidak memiliki pemahaman yang sama mengenai masalah bisnis yang dapat dipecahkan AI hampir dua kali lebih mungkin mendaftarkan produktivitas kantor sebagai domain di mana AI agent akan memiliki dampak terbesar. Gartner mencatat bahwa domain yang diperkirakan akan paling terpengaruh oleh AI agent adalah analisis dan business intelligence (64%), diikuti oleh layanan pelanggan (55%), dan produktivitas kantor (39%).
Meskipun spekulasi tinggi, sebagian besar pemimpin IT tidak berharap AI agent akan menggantikan aplikasi atau pekerja dalam dua hingga empat tahun ke depan. Hanya 12% yang sangat setuju bahwa AI agent akan menggantikan aplikasi, dan 7% yang sangat setuju bahwa mereka akan menggantikan pekerja dalam jangka waktu tersebut.
Gartner merekomendasikan organisasi untuk fokus pada tiga area utama saat menyebarkan Agentic AI:
- Tata Kelola AI Agent: Mengembangkan kerangka kerja tata kelola AI agent yang platform-agnostic untuk mengurangi risiko sprawl dan memberikan panduan serta kebijakan yang jelas untuk mengembangkan kemampuan agent secara aman.
- Targetkan AI Agent pada Domain Berdampak Tinggi: Menetapkan keselarasan antara IT dan bisnis mengenai masalah apa yang dapat dipecahkan oleh AI agents sangat penting. Organisasi harus mempertimbangkan domain yang memberikan ROI yang lebih nyata seperti layanan pelanggan atau data dan analitik, alih-alih hanya berfokus pada produktivitas kantor.
- Mengadopsi Strategi Multivendor untuk AI Agent: Gartner menyarankan untuk tidak bergantung pada satu vendor tunggal untuk strategi AI agent. Organisasi harus menjelajahi opsi di seluruh portofolio ERP, CRM, dan digital workplace serta memanfaatkan kemampuan vendor yang memenuhi kebutuhan mereka yang berevolusi.
“Hype seputar AI agent terus meningkat, dengan vendor-vendor memposisikan AI agent sebagai fase berikutnya dalam evolusi kecerdasan buatan yang akan mengatasi kelemahan asisten GenAI tradisional,” kata Max Goss, Senior Director Analyst at Gartner.