Value void merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana investasi dalam teknologi tidak memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perusahaan. Meskipun teknologi yang diinvestasikan canggih dan inovatif, namun jika tidak diintegrasikan dengan baik ke dalam proses bisnis yang ada atau tidak mampu memenuhi kebutuhan spesifik perusahaan, maka hasil yang diharapkan tidak akan tercapai.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Infor terhadap 3.600 organisasi di berbagai industri, organisasi yang paling sukses memiliki empat atribut utama yang dapat dijadikan pedoman untuk menghindari value void.
Empat atribut utama tersebut yaitu mengenali proses bisnis yang memberikan nilai paling besar bagi perusahaan dengan menggunakan teknologi untuk mengoptimalkan proses-proses tersebut, kelincahan dan kesiapan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan, selalu memastikan data yang digunakan akurat dan relevan, dan menyediakan kebutuhan serta permintaan pelanggan dengan baik.
Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan solusi yang bisa digunakan untuk menghindari value void. ERP dapat membantu perusahaan mengoptimalkan proses kerja dengan mengintegrasikan berbagai fungsi bisnis. Kemudian, ERP memberikan visibilitas yang lebih baik terhadap seluruh operasi bisnis dan mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai sumber, sehingga perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih data-driven. Dengan mengintegrasikan data pelanggan, ERP dapat membantu perusahaan memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan.
Sebagai upaya menghindari value void, perusahaan perlu melakukan investasi teknologi yang strategis dan terencana. Dengan fokus pada proses bisnis, kelincahan, budaya data, dan kepuasan pelanggan, serta didukung oleh sistem ERP yang kuat, perusahaan dapat memaksimalkan nilai dari investasi teknologi yang dilakukan.