(Source: Freepik)
IDC memperkirakan pada tahun 2027 perusahaan asuransi di Asia Pasifik yang mengintegrasikan artificial intelligence (AI) dengan Financial Operations (FinOps) akan meraih 45% lebih banyak nilai dari investasi TI. Peraihan ini didapatkan dari keberhasilan penerapan otomatisasi yang luas.
“Perusahaan asuransi global harus menyeimbangkan optimalisasi biaya dengan transformasi digital. FinOps yang digerakkan oleh AI menawarkan jalan menuju pengeluaran TI yang lebih cerdas. Tetapi keberhasilannya akan bergantung pada integrasi yang mulus, mitigasi risiko, dan bagaimana memaksimalkan ROI dalam lanskap yang semakin kompleks, ” jelas Surya Narayan Saha, Peneliti Asuransi, IDC Asia Pasifik.
Modernisasi infrastruktur TI akan menjadi prioritas utama perusahaan Asia Pasifik dalam 18 bulan ke depan. Lingkungan hybrid berupa gabungan public cloud, private cloud, dan komputasi edge, akan menjadi infrastruktur utama operasional bisnis. Infrastruktur ini mendukung penerapan berbagai model dan agen AI yang diharapkan meningkatkan nilai bisnis, sekaligus menjadi pembeda di ajang persaingan yang makin ketat.
FinOps berbasis AI memilki peran untuk mengubah strategi keuangan bagi perusahaan asuransi di sAsia. Implementasinya memungkinkan pengeluaran TI yang lebih cerdas, memberikan wawasan secara real-time, dan otomatisasi yang terukur. Seiring dengan meningkatnya tekanan regulasi dan persaingan, perusahaan asuransi memprioritaskan perangkat AI untuk mengelola biaya cloud, pengendalian pengeluaran prediktif, dan tata kelola keuangan.
Pergeseran ini menjanjikan tidak hanya peningkatan profitabilitas dan kelincahan operasional, tetapi juga membuka pintu bagi inovasi. Mengadopsi kecerdasan finansial yang didukung AI akan sangat penting bagi perusahaan asuransi untuk tetap kompetitif, tangguh, dan fokus pada pertumbuhan dalam lanskap yang berkembang pesat.