Pencurian kredensial menjadi ancaman serius yang dapat menyebabkan kebocoran data dan gangguan operasional perusahaan. Semakin kompleks lingkungan cloud yang dibangun perusahaan, maka ada kemungkinan terdapat celah-celah keamanan yang dapat mengundang pelaku kriminal digital.
Peretas menggunakan berbagai teknik seperti phishing, malware serta beragam metode lainnya yang didukung artificial intelligence untuk mendapatkan akses ilegal ke sistem. Oleh sebab itu, perusahaan perlu menerapkan langkah-langkah keamanan siber yang lebih kuat guna melindungi informasi sensitif di lingkungan cloudnya.
Salah satu solusi utama adalah autentikasi tanpa kata sandi, yang menggantikan sandi tradisional dengan metode lebih aman seperti biometrik atau kunci keamanan fisik. Risiko pencurian sandi akibat phishing dapat dikurangi secara signifikan menggunakan cara ini. Selain itu, AI dapat digunakan untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan secara real-time, sehingga memungkinkan tindakan pencegahan sebelum terjadi serangan siber.
Menerapkan kebijakan akses berbasis prinsip “least privilege” juga merupakan langkah penting untuk membatasi akses pengguna hanya pada data yang diperlukan. Tidak bisa ditinggalkan adalah penggunaan enkripsi yang kuat dalam penyimpanan dan transmisi data guna memastikan informasi tetap terlindungi, meskipun terjadi kebocoran.
Selain itu, pemantauan berkelanjutan dan respons cepat terhadap ancaman menjadi langkah krusial dalam menghadapi pencurian kredensial. Sistem keamanan yang selalu aktif dan mampu memberikan peringatan dini memberikan kesempatan bagi tim keamanan siber segera mengambil tindakan untuk mencegah dampak lebih besar.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, organisasi dapat memperkuat perlindungan terhadap kredensial, mengurangi risiko pencurian data, dan memastikan keamanan sistem mereka tetap terjaga di tengah ancaman siber yang terus berkembang.