Accenture, dalam laporan Life Trends tahunan ke-18, mengungkapkan adanya pergeseran signifikan dalam dinamika kepercayaan antara konsumen dan bisnis. Survei yang melibatkan 24.295 responden di 22 negara, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa lebih dari separuh orang kini mempertanyakan konten yang mereka lihat secara daring.
Dalam era digital yang serba cepat, kepercayaan telah menjadi komoditas yang sangat berharga. Sebanyak 62% responden secara global menyatakan bahwa kepercayaan merupakan faktor penting dalam memilih merek.
Di Indonesia, generasi muda khususnya Gen Z, yang merupakan 57% dari investor individu di pasar saham, sangat melek teknologi dan kritis terhadap informasi yang mereka terima. Mereka mencari kemudahan akses dan penyampaian informasi yang transparan.
Beberapa faktor utama yang mengancam kepercayaan digital antara lain, meningkatnya kasus penipuan dan deepfake, teknologi AI generatif yang mampu menghasilkan konten yang sangat mirip dengan konten asli, dan konsumen semakin cerdas dan kritis.
Pergeseran kepercayaan digital berdampak signifikan terhadap bisnis seperti, penurunan kepercayaan konsumen, sulitnya membangun hubungan dengan konsumen, dan meningkatnya biaya pemasaran untuk membangun kembali kepercayaan konsumen.
Selain krisis kepercayaan digital, laporan Accenture juga mengidentifikasi beberapa tren konsumen lainnya yang perlu diperhatikan oleh bisnis. Saat ini, konsumen semakin memprioritaskan kesehatan, kesejahteraan, dan keberlanjutan. Konsumen mengharapkan bisnis untuk lebih responsif terhadap kebutuhan mereka dan memberikan pengalaman yang lebih personal. Influencer semakin berperan penting dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Kepercayaan digital menjadi kunci dalam membangun hubungan yang kuat antara manusia dan bisnis. Bisnis yang mampu membangun kepercayaan akan lebih mudah bertahan dan berkembang dalam jangka panjang. Untuk itu, bisnis perlu memahami perubahan perilaku konsumen dan menyesuaikan strategi mereka agar tetap relevan.