Menuju Legal 3.0 Dengan Inovasi GenAI

(Source: Opentext)

Tim hukum berada dalam tekanan untuk memodernisasi proses mereka. Peninjauan dan produksi dokumen tetap menjadi bagian termahal dan paling memakan waktu dalam eDiscovery, seringkali menyebabkan pembengkakan anggaran dan tenggat waktu yang terlewat. Kecerdasan buatan generatif (GenAI) menawarkan cara yang lebih cepat dan hemat biaya ke depan, tetapi keraguan sering muncul, dan ini dapat dimengerti. Meskipun ada dorongan kuat untuk merangkul inovasi yang didukung GenAI, tim hukum harus terlebih dahulu memahami bahwa peninjauan dokumen dengan GenAI itu dapat diandalkan, dapat dipertahankan, hemat biaya, dan memiliki daya guna sebelum mereka dapat sepenuhnya mengintegrasikannya ke dalam alur kerja eDiscovery mereka. 

Bahkan tim hukum yang paling berpikiran maju pun membutuhkan titik awal yang aman dan beberapa pembatas keamanan GenAI untuk melindungi dari kesalahan langkah yang dapat memiliki dampak finansial atau reputasi negatif. Ada beberapa penghambat umum yang menahan tim hukum untuk menerapkan GenAI, yaitu biaya yang tidak jelas model karena penetapan harga GenAI tidak selalu transparan. Ini membuat penganggaran sulit, kekhawatiran akurasi dan kemampuan. Tim hukum membutuhkan keyakinan penuh pada kemampuan yang dihasilkan AI, terutama ketika hasil kasus dipertaruhkan. 

Selain itu masih terjadi kesenjangan keterampilan teknis dengan teknologi yang berubah begitu cepat, bahkan pengacara yang paham teknologi perlu mendapatkan pengalaman bekerja dengan prompt dan alur kerja AI. Keengganan untuk berubah dengan mengadopsi alat baru juga menjadi tantangan.

Lima Langkah Menuju Legal 3.0 

Ada lima cara tim hukum dapat memulai perjalanan mereka menuju Legal 3.0 dengan menggunakan GenAI untuk peninjauan dokumen. Tim dapat segera beroperasi dengan memanfaatkan platform AI berbasis cloud yang menghilangkan kebutuhan akan pengaturan infrastruktur yang rumit. Penerapan cloud menghilangkan hambatan teknis, memungkinkan tim hukum fokus belajar teknologi daripada mengelolanya.

Selanjutnya, bangun keahlian internal melalui pelatihan praktik langsung. Hal ini dapat mengembangkan keterampilan tim untuk menguasai prompt dan alur kerja AI tanpa bantuan eksternal berkelanjutan. Tujuannya adalah menciptakan individu ahli di internal yang dapat memandu adopsi lebih luas di seluruh departemen dan menetapkan praktik terbaik untuk peninjauan berbasis AI. Penting juga untuk mengimplementasikan siklus validasi cepat. Jangan menunggu berbulan-bulan untuk melihat apakah GenAI berfungsi, siapkan alur kerja yang memberikan hasil dan memungkinkan evaluasi dalam minggu pertama aktivitas. Kemenangan awal membantu mengukur kinerja, memperbaiki akurasi, dan membangun kepercayaan pada hasil yang dihasilkan AI sebelum meningkatkan operasi.

Kemudian, kembangkan rencana peluncuran GenAI yang strategis. Gunakan proyek awal untuk membangun fondasi yang lebih kuat bagi strategi implementasi AI yang lebih luas. Identifikasi apa yang berhasil, apa yang tidak, dan di mana GenAI memberikan nilai terbesar. Selaraskan penerapan di masa depan dengan tujuan bisnis dan prioritas hukum. Terakhir, bermitra dengan ahli eDiscovery melalui paket harga tetap. Hindari risiko melakukannya sendiri. Paket harga tetap, seperti OpenText Assisted Aviator Review, mencakup akses ke alat AI, panduan ahli, token LLM, dan dukungan validasi memberikan jaring pengaman GenAI yang menggabungkan teknologi mutakhir dengan konsultasi ahli.

Ketika tim hukum menggunakan GenAI secara efektif, mereka tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga mengubah cara mereka bekerja. Hal ini dapat memangkas biaya peninjauan dan mengurangi pengeluaran litigasi, meningkatkan akurasi dan konsistensi peninjauan, menemukan bukti penting lebih cepat, memfokuskan tim pada pekerjaan bernilai tinggi seperti penilaian kasus awal dan strategi hukum, menambahkan nilai bisnis yang terukur, serta mendukung inovasi yang bertanggung jawab di departemen hukum.