Mimpi Perusahaan Jalankan AI Terbentur Data

84% pemimpin data dan analitik menilai strategi data mereka perlu perombakan besar agar inisiatif AI berhasil. Laporan State of Data and Analytics Salesforce menyoroti pentingnya fondasi data yang terpercaya, tata kelola kuat, dan arsitektur zero copy dalam era Agentic AI.

Dari survei, 76% pemimpin bisnis mengaku merasakan tekanan besar untuk menciptakan nilai bisnis berdasarkan data. Dari dulu, setiap keputusan bisnis selalu ditanya, datanya dari mana? Menjadi semakin dalam pertanyaannya ketika ada tool data analytics dan AI yang tersedia.

Laporan State of Data and Analytics terbaru dari Salesforce menujukkan adanya jurang pemisah besar antara pengambilan keputusan berdasarkan data dengan data yang bisa berguna. Perusahaan masih saja terbentur masalah klasik, dari data yang tidak lengkap, tidak update dan berkualitas rendah.

Ditambah lagi dengan perusahaan yang ingin merasakan agentic AI, bisnis memerlukan data akurat yang sesuai dengan kondisi aktual di lapangan. Tanpa data yang terus diperbarui jangan harap karyawan manusia dapat bekerja sama dengan AI agent. Kalau AI agent diberikan kemampuan untuk mengeluh, maka yang dia salahkan adalah kurangnya data.

Para pemimpin teknis bukannya tutup mata terhadap kondisi baru ini. Faktanya, 84% pemimpin data dan analitik mengatakan strategi data mereka memerlukan perombakan total agar ambisi AI mereka bisa tercapai.

Kualitas data yang buruk menjadi faktor utama yang menghalangi organisasi untuk benar-benar menjadikan keputusan dan geraknya berdasarkan data. Kini, AI dan data jadi ujian terbesar.

Ujian Terberat bagi Fondasi AI

Sebanyak 67% pemimpin data dan analitik merasa terdesak untuk segera menerapkan AI, namun 42% di antaranya tidak sepenuhnya yakin terhadap akurasi dan relevansi hasil AI mereka. Kondisi ini muncul karena sumber data yang terfragmentasi dan kedaluwarsa. Para pemimpin memperkirakan 26% data organisasi mereka tidak dapat dipercaya.

Bagi mereka yang sudah menjalankan AI dengan menggunakan data yang ada, ini hasilnya:

  • 89% pemimpin data dan analitik mengalami keluaran yang tidak akurat atau menyesatkan.
  • 55% dari mereka yang melatih atau menyempurnakan model AI sendiri mengaku membuang banyak sumber daya akibat data yang buruk.
  • 89% yakin bahwa fondasi data yang kuat adalah faktor paling penting untuk keberhasilan AI.

“AI agent bukanlah teknologi berikutnya, ini adalah revolusi berikutnya. AI agent menangani tugas-tugas rutin sehingga manusia dapat fokus pada kreativitas, hubungan, dan dampak,” kata CEO Salesforce Marc Benioff. 

“Untuk benar-benar mendapatkan nilai dan konteks maksimal dari model AI, Anda harus memastikan data Anda akurat. Anda harus beralih ke solusi yang lebih terintegrasi. Anda harus menetapkan prioritas dengan benar. Anda harus memastikan tata kelola yang tepat,” lanjutnya

Hambatan Data Yang Terperangkap

Masalah lain yang muncul adalah data yang terperangkap dalam silo. Rata-rata perusahaan kini menggunakan 897 aplikasi, namun hanya 29% yang saling terhubung. Fragmentasi ekstrem ini menyebarkan data ke berbagai sistem yang sulit diakses.

Para pemimpin data dan analitik memperkirakan 19% data perusahaan mereka tersilo, tidak dapat dimanfaatkan, atau bahkan tidak dapat diakses sama sekali. Lebih parahnya, 70% dari mereka percaya bahwa sebagian besar wawasan bisnis paling berharga justru tersimpan di dalam data yang tidak bisa dijangkau ini. 

Lebih dari 8 dari 10 pemimpin data dan analitik melaporkan dampak langsung dari masalah ini yaitu kemampuan AI menurun, wawasan terhadap pelanggan tidak dapat disatukan, personalisasi berkurang, dan peluang pendapatan hilang.

Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, para pemimpin teknis kini fokus pada fondasi utama yaitu data yang tepat waktu dan kaya konteks, tata kelola yang lebih kuat, serta arsitektur zero copy . Pendekatan ini memungkinkan akses data lintas basis data tanpa perlu dipindahkan atau disalin. 

Sebanyak 56% organisasi kini telah mengadopsi arsitektur zero copy. Perusahaan yang menggunakannya 25% lebih mungkin memberikan peningkatan pengalaman pelanggan. Di sisi lain, 34% lebih berhasil dalam inisiatif AI dibandingkan yang tidak melakukannya.