Pasar Perangkat Lunak Indonesia Tumbuh 16,1%

(Source: Freepik)

Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia membawa serta peningkatan risiko siber yang signifikan. Organisasi kini menghadapi ancaman siber yang kian canggih, paparan risiko digital yang meluas, serta kebutuhan modernisasi infrastruktur yang berkelanjutan. Data dari International Data Corporation (IDC) menunjukkan bahwa pasar perangkat lunak keamanan di Indonesia tumbuh 16,1% secara tahunan pada paruh kedua tahun 2024. Peningkatan ini didorong oleh upaya modernisasi yang terus-menerus, di mana perusahaan beradaptasi dengan infrastruktur hybrid dan menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks.

Kebutuhan Keamanan Di Indonesia

Meningkatnya kebutuhan keamanan ini, perusahaan di Indonesia mulai mengubah cara mereka mengelola kompleksitas operasional. Solusi yang semakin populer adalah pergeseran dari alat-alat point yang terfragmentasi ke platform terintegrasi. Platform ini mampu memusatkan pemantauan, mengotomatiskan proses, dan menyederhanakan alur kerja. Hal ini menandakan transisi yang lebih luas dari penerapan taktis ke perencanaan keamanan berbasis arsitektur.

Kecerdasan Buatan (AI) dan AI Generatif (GenAI) kian penting dalam operasi keamanan. Di Indonesia, Pusat Operasi Keamanan secara aktif memanfaatkan alat bertenaga AI untuk mengotomatiskan tugas berulang, menyaring noise alert, dan memandu respons insiden. Data survei IDC menunjukkan bahwa pemanfaatan GenAI untuk meningkatkan produktivitas adalah salah satu prioritas keamanan utama, seiring dengan kontrol biaya dan otomatisasi. Vendor global mengintegrasikan AI ke dalam platform yang di-host secara lokal untuk memenuhi kebutuhan kinerja dan kepatuhan. Sementara itu, penyedia lokal mengembangkan solusi khusus di area seperti deteksi ancaman, response playbook, dan analitik video.

“Ketika AI menjadi lebih terintegrasi ke dalam operasi keamanan, organisasi bergerak melampaui otomatisasi dasar menuju sistem cerdas yang belajar, beradaptasi, dan mendukung analis secara real time,” kata Sandika Putra, Associate Market Analyst di IDC Indonesia.

Tujuan Investasi Keamanan

Selain itu, investasi keamanan tidak lagi hanya berfokus pada pemenuhan persyaratan kepatuhan semata. Meskipun Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi telah meningkatkan kesadaran dasar akan perlindungan data, organisasi semakin melihat kepatuhan sebagai titik awal, bukan tujuan akhir. Tujuan sentral saat ini adalah optimalisasi biaya, otomatisasi proses, dan peningkatan produktivitas tim, terutama dengan semakin banyaknya adopsi cloud dan pengelolaan lingkungan produksi terdistribusi yang kian kompleks. Untuk mencapai tujuan ini, keamanan siber harus bergeser dari sekadar pertahanan menjadi pendorong strategis.

Pasar keamanan di Indonesia juga berevolusi dari tindakan keamanan siber dasar ke pertahanan yang lebih strategis dan terukur. Perhatian kini beralih ke teknologi yang memungkinkan keamanan dalam skala besar. Manajemen Identitas dan Akses mendapatkan daya tarik karena organisasi mengelola skenario akses yang kian kompleks di seluruh sistem hybrid dan platform pihak ketiga. Sementara itu, Platform Perlindungan Aplikasi Cloud Native semakin menonjol seiring dengan matangnya strategi cloud dan upaya perusahaan untuk mengintegrasikan keamanan lebih awal dalam siklus hidup aplikasi. Pergeseran ini mencerminkan langkah menuju platform yang sadar konteks, diperkuat AI, yang mengurangi friksi dan mendukung skala jangka panjang.

Namun, adopsi keamanan bervariasi secara signifikan berdasarkan industri. Sektor layanan keuangan tetap menjadi yang terdepan, didorong oleh regulasi OJK yang mengharuskan kontrol kuat untuk respons insiden dan manajemen risiko pihak ketiga. Sektor manufaktur dan komunikasi juga aktif berinvestasi dalam keamanan siber. Di sisi lain, pendidikan, layanan kesehatan, dan pemerintah daerah menghadapi adopsi yang lebih lambat karena kendala infrastruktur lama, keterbatasan sumber daya, dan kesenjangan keterampilan.