
(Source: Salesforce)
Munculnya agen AI yang mampu menyelesaikan tugas-tugas kompleks secara mandiri membawa kecerdasan buatan (AI) ke tingkatan selanjutnya. Fenomena ini mendorong para pemimpin sumber daya manusia (SDM) untuk mempertimbangkan kembali strategi pengelolaan tenaga kerja mereka, dengan proyeksi pergeseran peran yang signifikan dalam waktu dekat. Survei dari Salesforce terhadap 200 eksekutif SDM global mengungkapkan bahwa hampir seperempat tenaga kerja diperkirakan akan dipikirkan kembali penempatannya karena agen AI mengambil alih tugas-tugas rutin.
Solusi yang ditawarkan dalam menghadapi perubahan ini adalah penyesuaian strategi pengelolaan sumber daya manusia yang berfokus pada pengembangan keterampilan baru bagi para pekerja. Perusahaan perlu memfasilitasi transisi pekerja dari pelaksanaan tugas manual ke pengawasan agen AI, menumbuhkan keterampilan penting dalam kepemimpinan, pemikiran strategis, dan kolaborasi antara manusia dan AI. Nathalie Scardino, President and Chief People Officer di Salesforce, mengatakan, “Setiap karyawan perlu mempelajari keterampilan manusia, agen, dan bisnis yang baru agar dapat berkembang dalam revolusi tenaga kerja digital.”
Survei Salesforce menunjukkan bahwa penggunaan agen AI dapat meningkatkan produktivitas karyawan hingga 30%. Adopsi agen AI diproyeksikan akan melonjak drastis, dari 15% saat ini menjadi 64% pada tahun 2027, menunjukkan tingginya kepercayaan pemimpin SDM terhadap teknologi ini. Namun, penting untuk digarisbawahi bahwa tujuan utama adopsi AI bukanlah untuk menggantikan karyawan, melainkan untuk memungkinkan mereka mengambil peran yang lebih strategis dan memanfaatkan sepenuhnya kemampuan unik manusia.
Sebagian besar (61%) responden survei memperkirakan bahwa AI akan berfungsi sebagai asisten, membantu karyawan menjalankan peran mereka saat ini. Namun, hampir seperempat (23%) diproyeksikan akan beralih ke posisi baru yang lebih mengandalkan kemampuan unik manusiawi mereka. Untuk mendukung transisi ini, lebih dari empat dari lima CHRO (81%) telah atau berencana untuk melatih kembali karyawan untuk peran-peran baru. Perubahan paradigma ini memberikan tanggung jawab besar bagi pemimpin SDM, yang harus merancang ulang alur kerja, mengembangkan program pelatihan baru, dan membangun kerangka kerja kolaborasi yang efektif antara manusia dan AI.
Platform digital labor Agentforce dari Salesforce hadir sebagai alat bantu bagi organisasi dalam menavigasi transisi ini. Agentforce menyediakan berbagai alat untuk membuat dan menyesuaikan agen AI yang dapat membantu mengelola tenaga kerja digital, termasuk menganalisis tingkat attrition, inventaris keterampilan, dan tren perekrutan historis untuk membantu organisasi memprediksi kebutuhan bakat.
“Tujuannya adalah untuk membantu membangun tenaga kerja yang gesit yang dapat kita investasikan dan bergerak seiring pergeseran dan perubahan pekerjaan dengan AI,” kata Ruth Hickin, Vice President of Workforce Innovation & Transformation di Salesforce,
Integrasi agen AI akan meningkatkan permintaan terhadap keterampilan manusiawi. Sebanyak 75% CHRO meyakini bahwa AI justru akan mendorong kebutuhan akan soft skills unik manusia, seperti kolaborasi, adaptabilitas, dan kemampuan membangun hubungan interpersonal.





