Taktik Baru Kriminal Digital Bikin Perusahaan Fokus Ke Keamanan Kuantum

Forrester memprediksi keamanan kuantum akan menjadi prioritas utama bagi lebih dari 90% perusahaan Asia Pasifik pada 2026, seiring meningkatnya ancaman siber dan kebutuhan strategi teknologi yang berdaulat, efisien, dan tangguh.

Prediksi Forrester untuk Asia Pasifik (APAC) tahun 2026 menyoroti pergeseran fokus strategis perusahaan di kawasan ini, terutama dalam menghadapi meningkatnya ancaman siber. Keamanan kuantum diperkirakan akan menjadi prioritas utama bagi lebih dari 90% perusahaan, seiring meluasnya taktik serangan harvest now, decrypt later, strategi di mana data dicuri sekarang untuk didekripsi setelah komputasi kuantum matang di masa depan. Tren ini mendorong perusahaan-perusahaan APAC untuk berinvestasi dalam teknologi pasca-kuantum, dengan fokus pada perencanaan migrasi dan solusi inventaris kriptografi. Investasi ini juga diperkuat oleh inisiatif pemerintah seperti National Quantum-Safe Network Plus di Singapura dan National Quantum Mission di India.

Pada tahun 2026, perbedaan ekonomi, budaya, dan regulasi di seluruh wilayah akan sangat memengaruhi keputusan teknologi. Strategi perusahaan APAC akan lebih menekankan ketahanan, kegunaan, dan efektivitas biaya, ketimbang sekadar mengejar tren. Kedaulatan nasional juga diperkirakan menjadi faktor penentu dalam pemilihan infrastruktur AI bagi separuh perusahaan di kawasan.

Lonjakan Cloud di ASEAN

Untuk mengelola ketidakpastian geopolitik sekaligus menjaga kedaulatan infrastruktur fundamental, negara-negara ASEAN diprediksi akan mengadopsi strategi diverse cloud pendekatan pragmatis yang menggabungkan penyedia hyperscaler asal Amerika Serikat, raksasa cloud Tiongkok, dan penyedia domestik. Di sisi lain, tren konsumen turut memengaruhi arah teknologi korporasi. Lonjakan kendaraan listrik asal Tiongkok yang mendominasi pasar regional mendorong perusahaan APAC untuk meniru perilaku konsumen yang mengutamakan nilai guna, harga terjangkau, dan inovasi.

Dampak tren tersebut akan mempercepat pertumbuhan hyperscaler Tiongkok di kawasan, bahkan berpotensi melipatgandakan pangsa pasar mereka meskipun ada kekhawatiran soal kedaulatan data. Sementara itu, Forrester juga memperingatkan bahwa sepertiga perusahaan di APAC akan menyia-nyiakan sumber daya akibat perubahan dalam organisasi IT seperti mengganti nama tim delivery menjadi tim produk tanpa transformasi budaya dan operasional yang nyata. Akibatnya, efisiensi akan menurun dan hasil bisnis tidak tercapai.

“Pada tahun 2026, para pemimpin di kawasan Asia Pasifik perlu menyesuaikan kembali strategi teknologi mereka untuk memperhitungkan realitas lokal sekaligus tetap kompetitif secara global,” kata Dane Anderson, SVP  international research and product, Forrester. “Mulai dari mengelola kekhawatiran kedaulatan dan menangani ancaman kuantum hingga beroperasi di lanskap cloud yang terus berkembang, para pemimpin bisnis dan teknologi regional sedang beralih dari membuktikan nilai transformasi digital ke meningkatkan ROI-nya. Wawasan kami dirancang untuk membimbing para pemimpin dalam mengambil keputusan yang berdasar, berdampak tinggi, dan menghasilkan ketahanan, kegunaan, serta pertumbuhan jangka panjang.”

Prediksi tahunan Forrester ini memberikan panduan bagi pemimpin bisnis dan teknologi untuk berpikir melampaui kebiasaan. Isu-isu strategis yang dibahas mencakup AI, otomatisasi dan robotika, kepemimpinan teknologi, cloud computing, infrastruktur dan operasi, perangkat lunak perusahaan, pengembangan software, keamanan siber dan risiko, manufaktur pintar, serta mobilitas seluruhnya dirancang untuk memperkuat ketahanan, kegunaan, dan pertumbuhan jangka panjang di era transformasi digital Asia Pasifik.