Lenovo masih melihat adanya peluang untuk memperkuat transformasi digital di lingkungan kerja. Pada kenyataannya. banyak organisasi masih terhambat oleh sistem yang terfragmentasi dan proses dukungan yang lambat.Â
Sebagian besar karyawan hanya menyadari peran IT ketika teknologi memperlambat pekerjaan mereka. Menurut survei global Lenovo dalam seri Work Reborn, empat dari lima pemimpin IT menyatakan bahwa sistem mereka saat ini tidak mampu mengimbangi kebutuhan operasional modern.
Invisible IT muncul sebagai langkah evolusi berikutnya, yaitu teknologi yang bekerja di belakang layar, mengantisipasi kebutuhan pengguna, mencegah masalah sebelum terjadi, dan mempersonalisasi dukungan tanpa interaksi manual. Konsep ini sangat berbeda dari model IT tradisional karena berbasis automasi dan kecerdasan buatan.Â
Lenovo menemukan bahwa 79 persen pemimpin IT ingin memberikan dukungan yang mulus dan proaktif, tetapi hanya 21 persen yang telah mencapai kemampuan resolusi prediktif. Temuan ini menegaskan perlunya menghilangkan hambatan digital dan menyederhanakan ekosistem IT agar pengalaman kerja menjadi lebih efisien dan bebas gangguan.
Salah satu fondasi Invisible IT adalah layanan tempat kerja berbasis AI. Platform solusi workplace Lenovo memanfaatkan data persona dan wawasan perilaku untuk memberikan dukungan yang dipersonalisasi dan resolusi masalah secara proaktif. Pendekatan ini terbukti meningkatkan kepuasan pengguna hingga 30 persen, menurunkan biaya dukungan sebesar 30 persen, dan mampu menyelesaikan hingga 40 persen masalah sebelum berdampak pada pekerjaan. Angka ini berasal dari analisis IDC dan data internal Lenovo.
Model berlangganan perangkat yang fleksibel juga mempercepat adopsi Invisible IT. TruScale Device as a Service dari Lenovo dapat memangkas waktu penerapan perangkat hingga 50 persen dan menurunkan biaya operasional terkait device. Coventry University Group menggunakan TruScale DaaS untuk menggantikan infrastruktur perangkat yang sudah menua. Hasilnya: pengurangan 223 ton COâ‚‚, penghematan 40 jam kerja tim IT setiap minggu, serta peningkatan produktivitas dan pengalaman karyawan. Pencapaian ini merupakan ciri khas dari model Invisible IT yang modern, efisien, dan berorientasi keberlanjutan.
Invisible IT
Invisible IT tidak dimaksudkan untuk menggantikan keahlian manusia, melainkan memperkuatnya. Sebanyak 39 persen pemimpin IT yang disurvei Lenovo percaya bahwa dukungan bertenaga AI akan membebaskan waktu tim mereka untuk fokus pada pekerjaan bernilai tinggi seperti peningkatan produktivitas dan pengalaman pengguna akhir. Hanya 12 persen yang memperkirakan adanya pengurangan jumlah staf, menegaskan bahwa AI berfungsi sebagai pengungkit, bukan pengganti.
Namun, perjalanan menuju Invisible IT tidak bebas tantangan. Tiga hambatan utama yang diidentifikasi pemimpin IT adalah kompleksitas sistem (51 persen), kendala biaya (47 persen), dan keterampilan AI yang terbatas (43 persen). Untuk mengatasinya, laporan Work Reborn menyarankan sejumlah pendekatan strategis. Organisasi perlu menyatukan dan menyederhanakan ekosistem IT guna mengurangi fragmentasi, meningkatkan keterampilan tim dalam memanfaatkan kemampuan AI, serta bermitra dengan penyedia berpengalaman untuk menerapkan dukungan prediktif dan personal dalam skala besar dan dengan keamanan yang lebih baik.
Menurut IDC, organisasi yang berinvestasi pada manajemen lifecycle IT berbasis AI dan automasi proaktif akan memimpin dalam membangun tempat kerja yang lebih produktif, tangguh, dan berfokus pada karyawan. Invisible IT pada akhirnya memungkinkan perusahaan mengurangi friksi digital, meningkatkan engagement, dan memberi ruang bagi karyawan untuk berfokus pada inovasi dan kinerja.









