Ritel global menghadapi penurunan kepuasan pembeli dan tekanan inflasi. Studi Zebra menunjukkan bagaimana otomasi, RFID, computer vision, dan GenAI menjadi kunci mengatasi penyusutan serta meningkatkan pengalaman belanja di toko fisik dan online.
Kepuasan pembeli global kembali turun selama dua tahun berturut-turut. Pada 2025, kepuasan belanja di toko fisik turun menjadi 79 persen dan belanja online menjadi 73 persen.
Inflasi membuat hampir delapan dari sepuluh pembeli semakin bergantung pada diskon dan promosi. Pada saat yang sama, mereka menuntut pengalaman belanja yang lebih cepat, mudah, dan bebas hambatan. Out-of-stock, produk yang dikunci, dan kurangnya jalur self-checkout masih menjadi sumber frustrasi utama.
Kondisi ini menciptakan tekanan ganda bagi peritel. Pengalaman pelanggan harus meningkat, sementara penyusutan dan masalah inventaris harus ditekan. Karena itu, otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) kini menjadi pilar strategis dalam operasi ritel modern.
Dalam studi terbaru Zebra Technologies, 87 persen pemimpin ritel percaya bahwa GenAI akan memiliki dampak besar pada pencegahan kerugian. Untuk mencapainya, banyak peritel berencana mengadopsi teknologi canggih dalam lima tahun ke depan. 57% merencanakan implementasi computer vision, 54% RFID dan 51% GenAI.
“Masa depan ritel ada di tangan mereka yang mampu menghubungkan dunia fisik dan digital melalui alur kerja yang cerdas,” kata Matthew Guiste, Global Retail Technology Strategist, Zebra Technologies. “Dengan AI, otomatisasi, dan alur kerja yang ditingkatkan, peritel dapat mengurangi kerugian dan memberikan pengalaman belanja yang cepat, lancar, dan personal yang diinginkan oleh pembeli saat ini.”
Lebih dari separuh pembeli masih meninggalkan toko tanpa semua barang yang ingin mereka beli karena produk tidak tersedia atau sulit ditemukan. Tidak heran jika 84 persen pengambil keputusan ritel kini menempatkan sinkronisasi inventaris waktu nyata sebagai prioritas utama.
Penyempurnaan proses inventaris bukan hanya meningkatkan kepuasan pembeli, tetapi juga langsung berdampak pada profitabilitas. Studi Zebra dan Oxford Economics menemukan bahwa peritel yang meningkatkan alur kerja manajemen inventaris dapat memperoleh pertumbuhan pendapatan dan profitabilitas hingga 1,8 poin persentase.
Optimasi inventaris juga menjadi cara teratas yang diyakini peritel untuk mendorong keuntungan dari pesanan online, naik sembilan poin persentase dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, untuk in-store profitability, tiga pendorong teratasnya adalah:
- Automasi untuk visibilitas inventaris real-time 39%
- In-store digital ads dan retail media networks 43%
- Optimasi proses inventaris 38%
Tantangan lain adalah keterbatasan akses informasi bagi staf ritel. Sebanyak 88 persen staf melaporkan kesulitan mendapatkan bantuan atau informasi tepat waktu. Memberikan teknologi yang tepat terbukti meningkatkan kepuasan kerja. 87 persen staf merasa alat kerja yang efektif membuat pekerjaan mereka lebih menyenangkan dan tidak membuat stres, sementara 90 persen percaya teknologi yang sesuai membantu mereka menyelesaikan tugas lebih cepat.









