Gelombang generative AI mulai membentuk tren penanganan kasus hukum di industri legal. Artikel ini membahas pelajaran penting dari OpenText World 2025 tentang bagaimana firma hukum dapat memprioritaskan kasus penggunaan GenAI, mempercepat strategi kasus, menjaga kompetensi teknis, menyeimbangkan efisiensi dan keamanan pekerjaan, serta menghindari ketergantungan berlebihan pada AI.
Profesional hukum berada di titik perubahan besar. Sebanyak 95% dari mereka percaya bahwa Generative AI (GenAI) akan menjadi inti alur kerja dalam lima tahun ke depan, tetapi hanya 40% yang telah menggunakannya atau merencanakan untuk menggunakannya. Kesenjangan ini menunjukkan antusiasme besar, namun implementasi praktisnya masih belum merata.
Dalam sesi Legal Tech di OpenText World 2025, para ahli memberikan kerangka praktis untuk membantu firma hukum memulai perjalanan transformasi, terutama dalam eDiscovery dan litigasi.
Satu saran penting dari Andrew Kent, Director of Litigation Support di Pillsbury Winthrop Shaw Pittman, adalah melakukan inventarisasi “dragons” dan “unicorns”: apa yang menghambat produktivitas dan apa tujuan terpenting yang harus dicapai. Tidak semua masalah harus diselesaikan dengan AI. Fokus pada kasus penggunaan bernilai tinggi seperti peninjauan dokumen dapat menghasilkan ROI cepat dengan mempertahankan alur kerja yang defensible.
Jennifer Laws Harrell, eDiscovery Litigation Project Manager di Siemens Energy, menargetkan penggunaan OpenText eDiscovery Aviator GenAI untuk mengurangi jumlah dokumen yang dikirim ke penasihat eksternal. Hal ini menekan biaya review sambil tetap menyisakan ruang bagi pengambilan keputusan manusia dalam area kritis seperti custodian interviews dan data collection.
GenAI juga mengubah cara tim hukum memahami kasus sejak hari pertama. Jika Technology-Assisted Review (TAR) tradisional membuat pengacara menunggu hingga tim review selesai untuk merangkai cerita kasus, kini alat seperti OpenText eDiscovery Aviator Rapid Exploration memungkinkan ditemukan dokumen kunci secara instan, lengkap dengan AI-generated summaries untuk mempercepat perumusan strategi.
Para ahli sepakat bahwa masa depan legal AI harus tetap berbasis pengawasan manusia. Implementasi GenAI harus dilakukan bertahap, memanfaatkan pengalaman panjang dalam alur kerja validasi TAR.
Seperti yang diungkapkan oleh Naomi Carrera-McKail, litigation law clerk di Norton Rose Fulbright, mengatakan, “Pengalaman saya dengan TAR mengajarkan bahwa pengawasan manusia tidak dapat ditawar-tawar. Teknologi memperkuat penilaian, AI tidak menggantikannya.”









