Trend Micro memperingatkan meningkatnya risiko penipuan online berbasis AI saat musim belanja akhir tahun, di tengah tekanan ekonomi dan rasa percaya diri digital yang keliru.
Tekanan finansial akibat kehilangan pekerjaan dan kenaikan biaya hidup membuat konsumen Amerika semakin selektif dalam berbelanja menjelang musim liburan. Banyak yang mencari diskon terbaik, namun keputusan itu justru mendorong mereka mengambil lebih banyak risiko.
Survei terbaru Trend Micro berjudul “Holidays, Scams, and AI” menunjukkan adanya kesenjangan besar antara rasa percaya diri dan perilaku nyata pembeli. Sebanyak 56 persen konsumen Amerika merasa sangat yakin dapat mengenali penipuan. Namun kenyataannya, 23 persen melaporkan telah menjadi korban penipuan online pada 2025, meningkat dari 17 persen pada tahun sebelumnya. Meski yakin mampu menghindari scam, sebanyak 86 persen responden mengakui bersedia membeli hadiah atau memesan perjalanan dari penjual yang tidak mereka kenal hanya karena harganya terlalu menarik.
Lynette Owens, VP of Consumer Education & Marketing di Trend Micro, mengatakan, “Orang-orang benar-benar berada di bawah tekanan tahun ini. Konsumen harus berhemat, menghadapi kecemasan yang lebih tinggi, dan memiliki rasa percaya diri digital yang keliru. Penipu memanfaatkan ini dan menggunakan taktik manipulasi kuno dikombinasikan dengan AI untuk memanipulasi pembeli dengan lebih cepat dan efektif daripada sebelumnya, sehingga meningkatkan urgensi bagi konsumen untuk melawan dan melindungi diri dari penipuan.”
Survei juga menunjukkan perbedaan tajam berdasarkan usia. Sebanyak 70 persen responden usia 18–44 tahun merasa yakin mampu mengidentifikasi penipuan, tetapi hanya 36 persen dari kelompok usia 65 tahun ke atas yang memiliki tingkat kepercayaan serupa. Kelompok muda lebih berani mengambil risiko, dengan 54 persen usia 25–44 tahun bersedia membeli dari merek yang belum pernah mereka dengar sebelumnya, dibandingkan hanya 24 persen responden berusia 65 tahun ke atas.
Menariknya, kelompok berpenghasilan lebih tinggi juga tidak kebal. Sebanyak 32 persen responden dengan pendapatan 150.000 dolar AS atau lebih melaporkan pernah menjadi korban penipuan tahun ini.
AI Meningkatkan Kecanggihan Penipuan
Meningkatnya penggunaan AI turut memperumit keamanan belanja online. Sebanyak 52 persen responden mempertimbangkan menggunakan teknologi AI seperti browser atau asisten belanja berbasis AI untuk membantu mencari hadiah musim liburan. Di sisi lain, 82 persen percaya bahwa mereka akan sering melihat gambar atau video yang dihasilkan AI selama musim liburan, menjadikan verifikasi keaslian konten semakin sulit.
Para pelaku penipuan kini menggunakan AI untuk membangun skema yang lebih canggih, berlapis, multi-channel, serta sangat personal. Penipuan tidak lagi hadir dalam bentuk pesan tunggal, tetapi berkembang menjadi alur cerita yang dirancang untuk menjebak korban secara bertahap.
Sebagai respons, Trend Micro memperkenalkan Scam Radar, fitur baru dalam ScamCheck yang mampu memindai sinyal penipuan secara proaktif di berbagai jalur komunikasi seperti pesan teks, panggilan telepon, situs web, dan tautan media sosial. Dengan memetakan pola penipuan secara real-time, konsumen dapat menerima peringatan dini sebelum terlibat lebih jauh dengan taktik pelaku.
Selain memanfaatkan teknologi, Trend Micro menyarankan konsumen untuk mengambil langkah-langkah berikut demi menjaga keamanan selama musim belanja:
- Periksa sebelum mengeklik. Verifikasi selalu setiap penawaran dalam email, media sosial, atau pesan teks terutama jika terlihat terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.
- Waspadai pesan pengiriman paket. Sebanyak 68 persen responden pernah menerima pesan pengiriman palsu. Periksa langsung status paket melalui situs penjual resmi.
- Gunakan metode pembayaran tepercaya. Sebanyak 31 persen konsumen pernah diminta membayar dengan kartu hadiah, yang merupakan salah satu tanda umum penipuan.
- Gunakan ScamCheck dengan Scam Radar. Fitur ini memberikan peringatan otomatis terkait pola penipuan secara real-time.









