Agen AI Ambil Alih Pekerjaan Membosankan Dan Repetitif, Manusia Fokus Strategi

(Source: IBM)

Era kerja saat ini mengalami perubahan besar seiring masuknya agen Artificial Intelligence (AI) ke dalam struktur organisasi. Agen AI dalam tim tidak butuh istirahat, tidak cemas soal cuti, tidak terganggu rapat, atau mengambil cuti sakit. Namun, mereka mampu menangani tugas dan semakin mahir melakukannya, yang memaksa kita untuk memikirkan kembali bagaimana pekerjaan seharusnya dijalankan.

Sistem vs Manusia

Di berbagai industri, sistem-sistem ini mulai mengambil alih peran yang sebelumnya dipegang oleh staf junior. Mereka bisa meringkas penelitian, menyusun laporan, dan menganalisis data keuangan. Agen AI tak lagi hanya alat pasif, melainkan telah menjadi kontributor yang terintegrasi, sehingga menuntut pengawasan, evaluasi, dan strategi khusus. Seiring dengan meluasnya penggunaan agen AI di perusahaan, para manajer kini menghadapi tantangan baru, yaitu bagaimana memimpin tim yang mencakup pekerja non-manusia.

Sistem-sistem ini memang tidak kenal lelah dan efisien, namun mereka tidak meminta umpan balik, tidak menjelaskan alasan keputusan, dan tidak memberitahu saat ada kesalahan. Jadi, pertanyaannya bukan lagi apakah AI bisa berkontribusi pada pekerjaan nyata, tetapi bagaimana perusahaan akan mengelola akuntabilitas, keandalan, dan kinerja saat AI melakukannya.

Mindy Shoss, Profesor Psikologi di University of Central Florida, kepada IBM Think dalam sebuah wawancara, mengatakan, “Manajer akan membutuhkan rencana untuk mengelola kinerja dan membuat keputusan berdasarkan tindakan AI dan manusia,”

Agen AI IBM Transformasi teknologi

Di IBM, transformasi ini sudah berjalan dengan baik. Dengan alat seperti watsonx Orchestrate dan penelitian internal tentang kolaborasi multi-agen, agen AI semakin terintegrasi dalam proses bisnis inti. Dalam departemen sumber daya manusia, agen AI mencocokkan resume dengan deskripsi pekerjaan dan menghasilkan daftar kandidat terpilih untuk manajer perekrutan. Dalam pengadaan, mereka memindai kontrak untuk mengklasifikasikan vendor dan menandai risiko kepatuhan. Meskipun manusia tetap membuat keputusan akhir, pekerjaan manual yang melelahkan semakin banyak dilakukan di latar belakang.

IBM Research juga telah menguji coba tim agen AI untuk menangani proyek-proyek kompleks, seperti analisis dokumen skala besar. Dalam salah satu eksperimen, ribuan dokumen kebijakan regulasi dianalisis untuk mengekstrak klausa dan membandingkan yurisdiksi. Sistem ini menghasilkan matriks hasil untuk ditinjau oleh analis. Tugas yang dulunya memakan waktu berminggu-minggu, kini dapat diselesaikan dalam hitungan jam dengan pengawasan manusia.

Peran agen AI ini menandai pergeseran yang signifikan dalam paradigma kerja. Agen-agen ini mengambil alih tugas-tugas grunt work atau pekerjaan yang membosankan dan repetitif, sehingga karyawan manusia dapat fokus pada tugas-tugas yang lebih bernilai, kreatif, dan strategis. Ini tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga memberdayakan individu untuk menjadi inovator dan pemecah masalah, bukan hanya pelaksana tugas.

Kunal Sawarkar, engineer di IBM, kepada IBM Think dalam sebuah wawancara, mengatakan, “Agen AI akan membantu kami membangun lebih cepat, bekerja dengan tim yang lebih kecil, dan mewujudkan lebih banyak ide,”