AI Merancang Protein yang Bisa Selamatkan Nyawa dari Bisa Ular

Para peneliti dari Universitas Washington telah mengembangkan protein buatan berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence – AI) yang mampu menetralkan racun ular secara lebih efektif. Temuan ini diharapkan menjadi solusi atas keterbatasan antivenom tradisional, yang mahal, sulit diproduksi, dan kurang efektif terhadap beberapa jenis racun.

Tim yang dipimpin oleh Susana Vázquez Torres, bekerja di laboratorium David Baker yang merupakan pemenang penghargaan Nobel, menggunakan model AI seperti RFdiffusion dan ProteinMPNN untuk merancang jutaan struktur protein. Dengan bantuan simulasi komputer yang ditenagai GPU NVIDIA, mereka dapat menemukan desain terbaik yang mampu mengikat dan menetralkan toksin berbahaya dalam racun ular, seperti toksin tiga jari (3FTx).

Uji coba di laboratorium menunjukkan bahwa protein hasil rekayasa AI ini memiliki stabilitas tinggi dan dapat menetralkan racun dengan efektif. Studi pada tikus bahkan mencatat tingkat kelangsungan hidup hingga 100% setelah terpapar neurotoksin mematikan. Ini menandai kemajuan signifikan dalam penanganan gigitan ular berbisa.

Dibandingkan dengan antivenom tradisional yang membutuhkan produksi berbasis darah hewan, pendekatan AI ini lebih cepat dan hemat biaya. Selain itu, protein sintetis ini tidak memerlukan penyimpanan khusus seperti pendinginan, sehingga lebih mudah didistribusikan ke daerah terpencil yang paling membutuhkan.

Terobosan ini tidak hanya berpotensi menyelamatkan ribuan nyawa setiap tahun, tetapi juga membuka jalan bagi pengembangan obat berbasis AI lainnya. Metode serupa dapat digunakan untuk menangani berbagai penyakit sulit diobati, seperti infeksi virus dan gangguan autoimun, menjadikan AI sebagai kunci inovasi dalam dunia medis.