.jpg)
Pemerintah dan sektor swasta saat ini tengah berlomba-lomba untuk memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi. Strategi Nasional untuk Kecerdasan Artifisial (Stranas KA) 2020-2045, yang bertujuan mempromosikan kolaborasi antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat untuk memanfaatkan potensi AI untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, telah menjadi landasan bagi upaya ini.
Kearney memperkirakan bahwa kontribusi AI terhadap PDB Indonesia akan mencapai US$366 miliar pada tahun 2030, sementara Mekari Group menemukan bahwa 62% perusahaan Indonesia akan mengadopsi AI. Selain itu, survei DiscoveryShift pada tahun 2024 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia cukup optimis terhadap AI, dengan 82% responden merasa positif tentang implementasinya dalam bisnis dan 66% percaya bahwa AI dapat meningkatkan kualitas layanan.
AI telah diterapkan dalam berbagai sektor di Indonesia, termasuk logistik, HR, pendidikan, keamanan siber, dan layanan pelanggan. Misalnya, Waresix telah mengembangkan sistem operasi berbasis AI untuk merampingkan proses logistik dan rantai pasokan, sementara Mekari mengintegrasikan fitur berbasis AI ke dalam produk utamanya untuk meningkatkan efisiensi operasional dan pengambilan keputusan.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mendorong pengembangan AI di negara ini. Mereka telah mengeluarkan pedoman etika penggunaan AI, termasuk “Pedoman Etika AI” oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dan “Pedoman Etika AI yang Bertanggung Jawab dan Dapat Dipercaya dalam Industri Teknologi Keuangan” oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Secara keseluruhan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan dan penerapan AI di Asia Tenggara. Dengan upaya yang tepat dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat, Indonesia dapat memanfaatkan AI untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
