(Source: Intel)
Upaya mewujudkan kecerdasan buatan, atau artificial intelligence (AI), sebenarnya telah melalui perjalanan panjang. John McCarthy, seorang profesor dari Dartmouth College, memperkenalkan istilah “kecerdasan buatan” pada tahun 1955. Meskipun perjalanannya mengalami pasang surut, AI terus berkembang dan kini menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita.
Bagaimana AI bekerja?, AI memanfaatkan kemampuan komputer untuk mengenali pola dan memprediksi hasil dari sekumpulan data, baik data dalam jumlah besar maupun kecil. Ini bisa berupa tren iklim, pola pembelian pribadi, atau tumpukan gambar. Sebuah model AI dapat diibaratkan sebagai sistem yang mampu belajar dari data dan membuat keputusan atau prediksi tanpa perlu diprogram secara eksplisit untuk setiap skenario. Percepatan perkembangan bidang ini banyak didorong oleh kemajuan teknologi seperti melimpahnya data (Big Data) yang tersedia untuk pelatihan, kemampuan pemrosesan paralel yang memungkinkan penggunaan ribuan prosesor sekaligus, akselerator perangkat keras khusus yang mempercepat komputasi tertentu, serta penggunaan presisi angka yang lebih rendah demi peningkatan kecepatan tanpa mengorbankan akurasi signifikan.
Proses pembangunan model AI biasanya dimulai dengan pelatihan. Tahap ini membutuhkan kecepatan dan skala komputasi yang tinggi. Melalui proses bolak-balik dalam jaringan syaraf buatan (sebuah model matematis yang terinspirasi dari otak manusia), model AI “belajar” dengan menyesuaikan variabel internal yang dikenal sebagai parameter atau bobot koneksi antar “neuron” dalam jaringan, agar dapat membuat prediksi yang akurat berdasarkan data yang ada. Setelah pelatihan awal, ada tahap penyempurnaan (fine-tuning), di mana model disesuaikan untuk tugas atau data yang lebih spesifik.
Seiring waktu, AI berevolusi dari yang semula fokus pada pembuatan keputusan menjadi mampu “menciptakan”. Lompatan teknologi terbaru melahirkan AI generatif (GenAI), di mana mesin dapat menghasilkan teks, gambar, atau kode yang mirip dengan hasil karya manusia. Ini seperti memiliki asisten yang sangat cerdas dan kreatif yang dapat menjawab pertanyaan dan berkreasi. Kemampuan GenAI ini dimungkinkan oleh inovasi-inovasi kunci, termasuk pengembangan jaringan syaraf yang lebih canggih, seperti deep learning yang menggunakan banyak lapisan jaringan untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi pelatihan.
Dengan kemampuan mengenali pola, memprediksi hasil, membuat keputusan berdasarkan data, memberikan rekomendasi, berfungsi sebagai asisten digital, mengoperasikan perangkat seperti robot penyedot debu, hingga menghasilkan konten kreatif berupa teks, gambar, dan kode, AI menawarkan berbagai fungsi yang mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi dan dunia di sekitar kita.