Mau Work Life Balance? Pilih Kerja WFA

Saat banyak perusahaan menerapkan kembali kebijakan bekerja dari kantor, muncul perdebatan mengenai apakah produktivitas dapat dipertahankan dalam model kerja jarak jauh atau Work From Anywhere (WFA). Persepsi umum seringkali mengaitkan produktivitas tertinggi dengan keberadaan fisik di kantor. Namun, survei baru yang ditugaskan oleh Akamai Technologies bersama Institute for Corporate Productivity (i4cp), menyajikan data yang mendukung keberlanjutan dan tingginya produktivitas di tempat kerja yang mengutamakan jarak jauh.

Survei tersebut menemukan bahwa mayoritas, yaitu 83% perusahaan yang ramah kerja jarak jauh, melaporkan produktivitas tinggi atau sangat tinggi. Angka ini terdiri dari 62% yang menyatakan produktivitas mereka tinggi dan 21% yang melaporkannya sangat tinggi. Hasil ini memberikan solusi jelas bagi perusahaan yang mencari model kerja yang menguntungkan.

Keunggulan Model Kerja Jarak Jauh

Model kerja jarak jauh kini menjadi norma, 52% perusahaan yang menanggapi survei melaporkan bekerja berbeda lokasi sebagai mode kerja default mereka. Hanya 7% yang mengindikasikan rencana untuk kembali ke kantor secara penuh di masa depan.

Berikut beberapa temuan yang menjadi highlight dari laporan Akamai:

  • Akses Talenta: 72% perusahaan menyebut akses ke kumpulan talenta yang lebih luas sebagai alasan utama mengadopsi model remote-first.
  • Keseimbangan Hidup: 62% perusahaan menjadikannya alasan untuk memberikan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.
  • Retensi Karyawan: 31% menyebut retensi karyawan sebagai pendorong utama.

Selain manfaat perekrutan, perusahaan yang ramah jarak jauh menunjukkan budaya kerja yang dilandasi kepercayaan. Hal ini terbukti karena 62% perusahaan tersebut tidak menggunakan alat pengawasan seperti log penggunaan VPN atau pelacakan penekanan tombol.

Model kerja ini juga didukung dengan kebijakan yang menjaga kesejahteraan dan koneksi antar tim. Sebanyak 79% perusahaan menawarkan manfaat kesehatan mental, dan 72% menyediakan jam kerja yang fleksibel. Lebih dari 50% perusahaan juga mengganti biaya pengeluaran kantor di rumah.

Untuk menjaga hubungan dan budaya perusahaan, pertemuan tatap muka yang dipikirkan dengan matang menjadi fungsi penting. Pertemuan tahunan dan semi-tahunan dilakukan untuk sesi strategi 86%, acara pembangunan tim 76%, dan perkumpulan sosial 72%.

Akamai sendiri, sebagai pelaksana program ini, telah melihat hasil yang positif, termasuk peringkat kinerja karyawan yang lebih tinggi dibandingkan sebelum program kerja fleksibel diterapkan. Tingkat atrisi 7.3% mereka juga jauh di bawah rata-rata teknologi global 13.2%, serta peningkatan 15% dalam pelamar global per rekrutan pada tahun 2025. 

Anthony Williams, Executive Vice President and Chief Human Resources Officer di Akamai, mengatakan, “Kami ingin karyawan kami bekerja di tempat di mana mereka dapat menghasilkan pekerjaan terbaik mereka. Bekerja secara fleksibel adalah cara yang terbukti untuk memberdayakan karyawan.”