Perusahaan Sudah Rasakan Manfaat AI, 98% Siap Tambah Investasi di 2025

(Source: Freepik)

Laporan penelitian terbaru dari Snowflake, bekerja sama dengan Enterprise Strategy Group, mengungkapkan pandangan mendalam mengenai dampak dan potensi AI dalam dunia bisnis. Laporan ini menyoroti bagaimana perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi AI merasakan manfaat nyata dari investasi mereka, sekaligus mengidentifikasi tantangan yang masih perlu diatasi untuk memaksimalkan potensi AI.

Laporan bertajuk “Radical ROI of Generative AI” ini melibatkan survei terhadap 1.900 pemimpin bisnis dan teknologi di sembilan negara yang aktif menggunakan AI dalam berbagai aplikasi. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas, yaitu 92% responden, telah melihat keuntungan dari investasi AI mereka, dan bahkan 98% berencana untuk meningkatkan investasi di bidang ini pada tahun 2025. Temuan ini mengindikasikan bahwa AI bukan lagi sekadar tren, bahkan telah menjadi pendorong nilai yang signifikan bagi perusahaan.

“Saya telah menghabiskan hampir dua dekade dalam karier saya untuk mengembangkan AI, dan kami akhirnya mencapai titik kritis di mana AI menciptakan nilai yang nyata dan nyata bagi perusahaan di seluruh dunia” kata Baris Gultekin, Head of AI di Snowflake.

Dua pertiga responden yang telah mengukur ROI AI mereka menemukan bahwa setiap dolar yang diinvestasikan menghasilkan rata-rata $1,41 dalam bentuk pengembalian. Ini berarti, perusahaan-perusahaan tersebut mengalami ROI sebesar 41% dari investasi AI mereka. Angka ini membuktikan bahwa AI tidak hanya menjanjikan potensi di masa depan, tetapi juga memberikan manfaat finansial yang nyata saat ini.

Laporan ini juga menyoroti fungsi AI dalam meningkatkan kepuasan pelanggan, efisiensi operasional, dan inovasi. Responden di Australia dan Selandia Baru lebih fokus pada penggunaan AI untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, dan berhasil mencatatkan ROI sebesar 44%. Sementara itu, bisnis di Inggris lebih memprioritaskan nilai AI bagi pengguna akhir, dengan fokus pada peningkatan efisiensi operasional dan inovasi. Perbedaan fokus ini menunjukkan fleksibilitas AI dalam menjawab berbagai kebutuhan strategis perusahaan di berbagai belahan dunia.

Salah satu tantangan utama adalah kesulitan dalam memilih kasus penggunaan AI yang paling berdampak dengan sumber daya yang terbatas. Sebanyak 71% responden menyatakan bahwa mereka memiliki lebih banyak potensi kasus penggunaan AI daripada yang mampu mereka danai. Selain itu, lebih dari separuh responden merasa kesulitan dalam membuat keputusan yang tepat mengenai kasus penggunaan AI berdasarkan metrik objektif seperti biaya, dampak bisnis, dan kemampuan organisasi untuk melaksanakannya.

Untuk memaksimalkan efektivitas AI, perusahaan semakin menyadari pentingnya data yang berkualitas. Sebanyak 80% responden memilih untuk melakukan fine-tuning model AI dengan data milik mereka sendiri. Namun, tantangan besar masih ada dalam membuat data tersebut siap untuk AI. Beberapa kendala yang paling sering disebutkan termasuk kesulitan dalam mengintegrasikan data dari berbagai sumber, menerapkan tata kelola data yang efektif, mengukur dan memantau kualitas data, serta mempersiapkan data agar sesuai untuk kebutuhan AI.