Gartner menemukan 65% CMO percaya AI akan mengubah peran mereka secara signifikan dalam dua tahun ke depan. Artikel ini mengulas transformasi strategis yang harus dipimpin CMO di era AI, termasuk tim hibrida manusia dan AI, zero-based channel planning, dan perubahan identitas merek.
Gartner menemukan bahwa 65% Chief Marketing Officer (CMO) meyakini kemajuan artificial intelligence (AI) akan mengubah peran mereka secara signifikan dalam dua tahun ke depan. Temuan ini berasal dari survei yang dilakukan antara Agustus hingga Oktober 2025 terhadap 402 pemimpin pemasaran senior.
Perubahan tidak hanya terjadi di fungsi pemasaran. Survei Gartner lainnya terhadap 426 pemimpin bisnis mengungkapkan bahwa 82% pemimpin menilai identitas perusahaan mereka harus berubah signifikan agar dapat mengikuti dampak AI terhadap pasar.
“Peran CMO sedang mengalami transformasi yang terjadi sekali dalam satu generasi. CMO harus memprioritaskan menjadi pemimpin pemasaran yang berorientasi masa depan,” kata Sharon Cantor Ceurvorst, VP, Research, di Gartner Marketing Practice. “AI, disrupsi pasar, dan tuntutan lintas fungsi memperluas lingkup tanggung jawab CMO, tetapi tidak sumber dayanya. Untuk tetap relevan, CMO harus berhenti memprioritaskan eksekusi dan sebaliknya memimpin melalui wawasan strategis.”
CMO juga menghadapi tanggung jawab yang lebih besar terhadap pengalaman pelanggan yang menyeluruh dan hasil komersial. Hal ini menuntut kemampuan untuk membangun tim hibrida manusia dan AI yang siap menghadapi masa depan, dengan menekankan kecakapan nalar manusia, adaptabilitas, serta kemampuan merancang pengalaman pelanggan yang bermakna. Pada era AI, peran CMO bergeser dari sekadar influencer menjadi perancang dampak bisnis melalui arah strategi yang jelas dan penciptaan nilai yang otentik dan berbeda.
Meskipun AI menghadirkan peluang signifikan dalam personalisasi, pembuatan konten, dan insight berbasis data, banyak organisasi masih kesulitan mendapatkan nilai bisnis penuh dari adopsi AI. Survei Gartner terhadap 413 pemimpin teknologi pemasaran menemukan bahwa hanya 5% pemimpin yang tidak menjalankan pilot AI agent melaporkan peningkatan signifikan terhadap hasil bisnis. Bahkan di organisasi yang lebih matang dalam implementasi AI, kemampuan agentic belum sepenuhnya memberikan performa seperti yang diharapkan.
Untuk mengatasi hal tersebut, CMO harus bergerak melampaui adopsi dasar dan melakukan rekayasa ulang strategi, proses, serta model talenta membangun organisasi pemasaran yang mengintegrasikan kreativitas manusia dan kecerdasan mesin secara mulus. Selain itu, pemasar harus mengantisipasi perubahan signifikan pada identitas perusahaan, sebagaimana diungkapkan para pemimpin bisnis dalam survei Gartner.
Sementara itu, GenAI mendisrupsi saluran pemasaran, dan agentic buying berpotensi membentuk ulang pengambilan keputusan pelanggan dengan mengurangi perhatian dan keterlibatan manusia. Kondisi ini menuntut pendekatan zero-based channel planning, yang memastikan setiap titik kontak dirancang secara sengaja, relevan, dan memiliki keunikan yang membedakan merek di tengah pasar yang semakin padat.








