Untuk Siap AI Perusahaan Harus Siap Jaga Privasi Data

Laporan Cisco 2025 Data Privacy Benchmark Study yang dilakukan di 12 negara dengan survei ke 2.600 profesional keamanan, menunjukkan 91% dari responden mempercayai penyedia layanan internasional untuk melindungi data. 90% menganggap penyimpanan lokal lebih aman, namun juga mengakui biayanya lebih mahal. Studi ini menegaskan perlunya keseimbangan antara kedaulatan data, kepatuhan regulasi, dan inovasi AI untuk mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan kepercayaan pelanggan.

Harvey Jang, Chief Privacy Officer Cisco, mengatakan, “Dorongan untuk pelokalan data mencerminkan meningkatnya minat terhadap kedaulatan data”. Solusinya hadir melalui kerangka kerja seperti Global Cross-Border Privacy Rules Forum yang menyatukan keamanan dan pertumbuhan bisnis.

Sebanyak 86% responden menyatakan bahwa regulasi privasi berdampak positif pada operasional bisnis, naik dari 80% di tahun sebelumnya. Angka ini sejalan dengan peningkatan kesadaran konsumen, sebesar 53% konsumen yang disurvei memahami hukum privasi negaranya, dan 81% merasa mampu melindungi data mereka. Di sisi positifnya, 96% perusahaan mengakui keuntungan kepatuhan jauh melebihi biayanya.

Penggunaan AI generatif (GenAI) semakin dikenal, mencapai 63%, namun kekhawatiran atas kebocoran data tetap tinggi. Sebanyak 64% khawatir data sensitif bisa bocor ke publik atau kompetitor, meskipun hampir separuhnya tetap memasukkan data karyawan ke dalam dan data yang seharusnya tidak diketahui publik ke perangkat GenAI. Alokasi anggaran IT ke inisiatif AI juga diperkirakan meningkat dua kali lipat, dengan 99% perusahaan berencana mengalihkan sumber daya dari anggaran privasi ke proyek AI. Untuk mengatasi hal ini, Cisco meluncurkan solusi seperti AI Defense guna mencegah penyalahgunaan data.

Dev Stahlkopf, Chief Legal Officer, Cisco, menegaskan, “Untuk organisasi yang bekerja menuju kesiapan AI, investasi privasi membangun dasar yang penting, membantu mempercepat tata kelola AI yang efektif.”