(Source: Freepik)
Dalam beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian dari penggunaan internet, mengubah cara kita mencari dan memverifikasi informasi. Meskipun kehadiran AI terus berkembang, survei Kaspersky baru-baru ini menunjukkan bahwa hanya 28% responden yang menggunakan AI untuk merencanakan perjalanan mereka. Angka ini tergolong rendah, terutama saat musim liburan tiba, namun hasil survei tersebut mengungkap sebuah fakta menarik yang patut diperhatikan.
Survei yang dilakukan oleh Kaspersky bersama Toluna, dengan tiga ribu responden dari 15 negara termasuk Indonesia, pada pertengahan tahun 2025 ini mengonfirmasi bahwa AI telah menjadi alat yang umum digunakan oleh pengguna internet aktif. Sebanyak 72% responden mengklaim telah menggunakan AI setidaknya satu kali, dan angka ini mencapai 88% di antara pengguna berusia di bawah 35 tahun. Namun, penggunaan paling populer dari AI masih seputar riset 76%, pekerjaan 45%, dan belajar 40%, sementara perencanaan perjalanan berada di urutan bawah dengan hanya 28% suara.
AI Untuk Rencanakan Perjalanan
Meskipun persentase pengguna yang menggunakan AI untuk perencanaan perjalanan relatif kecil, hampir semuanya 96% merasa puas dengan pengalaman ini. Sebanyak 44% responden menganggapnya sempurna, sementara 52% lainnya menilai baik. Angka kepuasan yang tinggi ini didukung oleh fakta bahwa 84% dari mereka berencana menggunakan AI lagi untuk mempersiapkan perjalanan di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa layanan AI berpotensi menjadi alat perencanaan yang jauh lebih populer.
Bagi para pelancong, fungsi AI yang paling populer tetaplah sebagai alat riset. Sebanyak 70% responden yang menggunakan AI untuk merencanakan perjalanan memercayakannya untuk menemukan acara dan kegiatan, seperti mencari tur, rute wisata, dan toko suvenir. Selain itu, 66% responden menggunakan AI untuk memilih akomodasi, 60% membuat daftar restoran, dan 58% bahkan memanfaatkannya untuk mencari tiket. Menariknya, keluarga dengan anak-anak lebih aktif menggunakan berbagai fungsi AI ini dibandingkan dengan kelompok tanpa anak, yang mengindikasikan bahwa AI membantu mereka menghemat waktu.
Namun, penggunaan AI untuk pemesanan masih kurang populer dibandingkan riset. Hanya 45% responden yang memesan hotel melalui layanan AI, 43% memesan tiket, dan 38% memesan restoran. Hal ini mungkin berkaitan dengan kekhawatiran seputar keandalan. Cerita tentang seorang penulis asal Australia yang tidak bisa terbang ke sebuah konferensi di Chili karena mendapatkan saran visa yang salah dari ChatGPT menjadi pengingat bahwa risiko halusinasi AI mungkin melebihi manfaat penghematan waktu untuk aplikasi yang sangat penting.
Vladislav Tushkanov Group Manager di Kaspersky AI Technology Research Center. mengatakan, “Beberapa tren dalam penggunaan AI yang kami amati menunjukkan bahwa peran AI dalam menyelesaikan masalah sehari-hari sedang berubah. Semua responden menghargai waktu mereka dan lebih menyukai hasil yang dipersonalisasi yang disediakan oleh AI. Teknologi ini sudah mulai matang dan dengan cepat memenuhi janji untuk meningkatkan penelitian dan menghasilkan ide-ide kreatif. Dengan memilih opsi yang paling sesuai, AI menjadi alat bantu pengambilan keputusan yang penting, yang tentu saja memicu refleksi tentang kredibilitas data yang disediakannya. Layanan yang didukung AI semakin menjadi alat yang diminati untuk menyelesaikan berbagai tugas, termasuk perencanaan perjalanan, namun kita tetap harus ingat bahwa keputusan akhir tetap ada di tangan kita.”