(Source: Freepik)
Penerapan kecerdasan buatan dalam proses rekrutmen melahirkan ketidakpercayaan antara pemberi kerja dan para pelamar. Sebuah survei Gartner menunjukkan bahwa hanya satu dari empat, atau 26% pelamar kerja yang percaya bahwa AI akan mengevaluasi mereka secara adil, meskipun lebih dari setengahnya 52% meyakini bahwa AI menyaring informasi aplikasi mereka. Kondisi ini menciptakan masalah, di mana pelamar khawatir akan bias, sementara pemberi kerja khawatir akan penipuan.
Survei Dari Gartner
Sebuah survei Gartner terhadap 2.918 pelamar kerja menemukan bahwa 32% khawatir AI berpotensi menggagalkan lamaran mereka. Selain itu, 25% mengatakan mereka kurang percaya pada pemberi kerja jika mereka menggunakan AI untuk mengevaluasi informasi mereka. Di sisi lain, kekhawatiran pemberi kerja juga beralasan. Sebuah survei lain terhadap 3.290 pelamar kerja menemukan bahwa empat dari sepuluh 39% pelamar mengaku menggunakan AI selama proses aplikasi untuk membuat teks resume, surat lamaran, atau contoh tulisan.
Jamie Kohn, Senior Research Director, dalam praktik SDM Gartner, mengatakan, “Semakin sulit bagi pemberi kerja untuk mengevaluasi kemampuan kandidat yang sebenarnya, dan dalam beberapa kasus, identitas mereka. Para pemberi kerja semakin khawatir akan penipuan kandidat.”
Penipuan kandidat ini menciptakan risiko keamanan siber yang jauh lebih serius daripada sekadar merekrut orang yang salah. Sebuah survei Gartner terhadap 3.000 pelamar kerja menemukan 6% mengakui berpartisipasi dalam penipuan wawancara. Gartner bahkan memprediksi bahwa pada tahun 2028, satu dari empat profil kandidat di seluruh dunia akan palsu.
Ketidakpastian seputar AI juga dapat membuat pelamar menjadi lebih selektif. Menurut riset Gartner, 51% pelamar menerima tawaran pekerjaan dalam proses lamaran terbaru mereka pada kuartal kedua 2025, sebuah penurunan substansial dari kuartal kedua 2023, di mana 74% pelamar menerima tawaran pekerjaan mereka. Untuk mengatasi masalah ini, pemberi kerja perlu memiliki strategi mitigasi penipuan berlapis untuk mempertahankan kepercayaan kandidat.
Tiga Langkah Penerapan Standar Perekrutan
Ada tiga langkah utama yang dapat diterapkan. Perusahaan perlu menetapkan ekspektasi yang jelas dan mengomunikasikan standar perekrutan kepada kandidat mengenai penggunaan AI yang dapat diterima, sekaligus menekankan upaya deteksi penipuan dan konsekuensi hukum jika terbukti ada perilaku curang.
Selanjutnya, gunakan proses penilaian untuk mengungkap penipuan. Perekrut harus mampu mendeteksi perilaku mengelak, dan alat penilaian perlu menyertakan perlindungan anti-kecurangan, seperti melakukan wawancara tatap muka. Perbaiki metode penilaian di seluruh evaluasi kandidat. Pencegahan penipuan harus melampaui fase perekrutan awal, dengan fokus pada validasi tingkat sistem daripada pengawasan individu. Ini bisa meliputi pengetatan pemeriksaan latar belakang, penggunaan pemantauan data berbasis risiko, serta menyematkan alat deteksi seperti verifikasi identitas dan peringatan anomali dalam sistem rekrutmen. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, perusahaan dapat membangun kembali kepercayaan dan menciptakan proses rekrutmen yang lebih aman dan adil.